Senin, 09 Januari 2017

LAPORAN INOVASI PENDIDIKAN GEOGRAFI
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH INOVASI PENDIDIKAN GEOGRAFI (AMPA 559)

DOSEN PENGAJAR:
DR. ELLYN NORMELANI, M.PD. MS.
SELAMAT RIADI, M.PD.
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV:
DESY ISWAYUNI (A1A515007)
DHINDA MUHAMMAD IMANIE (A1A5213)
EKA KARTIKA (A1A514071)
KARENIA QATRUNNADA WIBOWO (A1A515010)
RURY RAHMAN (A1A514091)
ULFA FAUZIA (A1A515032)
ZULKIFLI (A1A514100)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2016

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa, yang karena izin dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini dengan tepat pada waktunya sebagai kelengkapan tugas dari mata kuliah Inovasi Pendidikan Geografi.
Ucapan terima kasih juga kami haturkan kepada Ibu Dr. Ellyn Normelani, M.Pd., MS., dan Bapak Selamat Riadi, M.Pd., selaku dosen pengajar serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya sehingga terciptalah sebuahlaporan yang sederhana ini.
Dengan segala keterbatasan yang ada, kami berharap informasi ini dapat bermanfaat sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan bagi semua pihak yang berkepentingan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar dapat menyempurnakan terhadap apa yang telah kami sampaikan.
Akhir kata semoga apa yang kami tulis bisa bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan.

           
Banjarmasin, 15 Desember  2016
           

           
                                                                                                Penulis





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1
1.3  Tujuan Penulisan........................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 2
2.1    Hakikat dan Batasan Inovasi........................................................................................ 2
2.2    Pengertian Proses Inovasi Pendidikan............................................................................8
2.3    Tujuan Inovasi Pendidikan...........................................................................................10
2.4    Inovasi Pendidikan di Sekolah....................................................................... ............11
2.5    Faktor-Faktor yang Mesti Diperhatikan dalam Inovasi Pendidikan............................11
2.6    Kendala-Kendala dalam Inovasi Pendidikan...............................................................14
2.7    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Inovasi Pendidikan..................................15
2.8    Beberapa Upaya dalam Inovasi Pendidikan................................................................18

BAB III DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA....................................................23
3.1    Deskripsi Data...............................................................................................................23
3.2    Analisis Data.................................................................................................................24

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Permasalahan Siswa di Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi...................................... 27
4.2 Media Pembelajaran Yang Digunakan Dalam Semester Ini Pada   Mata Pelajaran
      Geografi....................................................................................................................... 27     
4.3 Model Pembelajaran Yang Digunakan Dalam Semester Ini Pada Mata
     Pelajaran Geografi..........................................................................................................30

BAB IV: PENUTUP ........................................................................................................ 33
5.1  Kesimpulan ................................................................................................................ 33
5.2 Saran ........................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 34



BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman dunia pendidikan pun terus ikut berkembang dengan berinovasi. Inovasi dalam bidang pendidikan diperlukan untuk pemecahan masalah dalam dunia pendidikan. Inovasi pendidikan di sekolah harus berlangsung di sekolah guna memperoleh hasil yang terbaik dalam mendidik siswa dan guru sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu guru harus mampu menjadi seorang yang inovatif guna menemukan strategi atau metode yang efektif untuk mendidik.
Inovasi yang dilakukan guru pada intinya berada dalam tatanan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Kunci utama yang harus dipegang guru adalah bahwa setiap proses atau produk inovatif yang dilakukan dan dihasilkannya harus mengacu kepada kepentingan siswa. Penelitian kali ini yang dilakukan di SMA Negeri 4 Banjarmasin guna menganalisis permasalahan pembelajaran geografi siswa di sekolah tersebut.

1.2              Rumusan Masalah
1.                  Bagaimana permasalahan siswa di kelas pada mata pelajaran geografi?
2.                  Apa saja media pembelajaran yang digunakan dalam semester ini pada mata pelajaran geografi?
3.                  Apa saja model pembelajaran yang digunakan dalam semester ini pada mata pelajaran geografi?

1.3              Tujuan Penulisan
1.                   Untuk mengetahui permasalahan siswa di kelas pada mata pelajaran geografi.
2.                   Untuk mengetahui media pembelajaran yang digunakan dalam semester ini pada   mata pelajaran geografi.
3.                  Untuk mnegetahui model pembelajaran yang digunakan dalam semester ini pada mata pelajaran geografi.



                                                                           BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat dan Batasan Inovasi
Kata ”innovation” (bahasa Inggris) sering diterjemahkan segala halyang baru atau pembaharuan (S. Wojowasito, 1972), tetapi ada yang menjadikan kata innovation menjadi kata Indonesia yaitu”inovasi”. Inovasi kadang-kadang juga dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil penemuan.Kata penemuan juga sering digunakan untuk menterjemahkan kata dari bahasa Inggris”discovery”dan”invention”.
”Discovery”, ”invention”, dan”innovation” dapat diartikan dalam bahasa Indonesia ”penemuan”, maksudnya ketiga kata tersebut mengandung arti ditemukannya sesuatu yang baru, baik sebenarnya barangnya itu sendiri sudah ada lama kemudian baru diketahui atau memang benar-benar baru dalam arti sebelumnya tidak ada. Demikian pula mungkin hal yang baru itu diadakan dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu.Inovasi dapat menggunakan diskoveri atau invensi.
Diskoveri (discovery) adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemuka nitu sudah ada, tetapi belum diketahui orang.Invensi (invention) adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi manusia.Benda atau hal yang ditemui itu benar-benar sebelumnya belum ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru.
Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention maupun diskoveri.Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Inovasi pada dasarnya merupakan hasil pemikiran yang bercirikan hal baru, baik berupa praktik-praktik tertentu, atau berupa produk dari suatu hasil olah-pikir dan olah teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi, telah banyak dilontarkan model-model inovasi dalam berbagai bidang, antara lain usaha pemeratan pendidikan, peningkatan mutu, peningkatan efesiensi dan efektivitas pendidikan, dan relevansi pendidikan. Kesemuanya dimaksudkan agar difusi inovasi yang dilakukan bisa diadopsi dan dimanfaatkan untuk perbaikan dan pemecahan persoalan pendidikan.
Beberapa contoh inovasi, antara lain: program jarak jauh, manajemen berbasis sekolah, pengajaran kelas rangkap, pembelajaran kontekstual (contextual learning), pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
Difusi inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan dari gagasan inovasi tersebut melalui prose komunikasi yang dilalukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu diantara anggota sistem sosial dalam masyarakat.
a.                  Inovasi Pendidikan
Santoso S. Hamidjojo seperti dikutip Abdulhak (2002) menyatakan bahwa inovasi pendidikan sebgai suatu perubahan yang baru dan secara kualitatif berada dari hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu, termasuk dalam bidang pendidikan.
Inovasi pendidikan pada dasarnya merupakan suatu perubahan ataupun pemikiran cemerlang di bidang pendidikan yang bercirikan hal baru, atau berupa praktik-praktik pendidikan tertentu, atau berupa produk dari suatu hasil olah-pikir dan olah-teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan pendidikan yang timbul dan memperbsiki suatu keadaan pendidikan, atau proses pendidikan tertentu yang terjadi di masyarakat.
Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem dalam arti yang luas misalnya sistem pendidikan nasional. Mattew B. Miller menjelaskan pengertian inovasi pendidikan sebagai berikut: ”To give more concreteness the universe called”educationalinnovations” somesamples are described billow. They are organized according to the aspect of a social systemwhich they appear to be most clearlyassociated. In most cases social system involved should be taken to be that of a school or cell although some innovations take place within the context of many larger systems.”
Berikut ini contoh-contoh inovasi pendidikan dalam setiap komponen pendidikan atau komponen sistem sosial sesuai dengan yang dikemukakan oleh B. Miles, dengan perubahan isi disesuaikan dengan perkembangan pendidikan dewasa ini.
a)                  Pembinaan personalia.
            Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem sosial tentumenentukan personal (orang) sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai dengan komponen personel misalnya: peningkatan mutu guru, sistem kenaikan pangkat, aturan tata tertib siswa, dan sebagainya.
b)                  Banyaknya personal dan wilayah kerja.
Sistem sosial tentu menjelaskan tentang berapa jumlah personalia yang terikat dalam sistem serta dimana wilayah kerjanya. Inovasi pendidikan yang relevan dengan aspekini misalnya: berapa ratio guru siswa pada satu sekolah dalam sistem PAMONG pernah diperkenalkan ini dengan ratio 1 : 200 artinya satu guru dengan 200 siswa). Misalnya disuatu sekolah satuguru dengan 27siswa, perubahan besar wilayah kepemilikan, dan sebagainya.
c)                  Fasilitas fisik.
Sistem sosial termasuk juga sistem pendidikan mendayagunakan berbagai sarana dan hasil teknologi untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang sesuai dengan komponen ini misalnya: perubahan bentuk tempat duduk (satu anak satu kursi dan satu meja), perubahan pengaturan dinding ruangan (dinding batas antar ruang dibuat yang mudah dibuka, sehingga pada diperlukan dua ruangan dapat disatukan), perlengkapan perabot laboratorium bahasa, dan sebagainya.
d)                 Penggunaan waktu.
Suatu sistem pendidikan tentu memiliki perencanaan penggunaan waktu. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya: pengaturan waktu belajar (semester, catur wulan, pembuatan jadwal pelajaran yang dapat memberi kesempatan mahasiswa untuk memilih waktu sesuai dengan keperluannya, dan sebagainya.
e)                  Perumusan tujuan.
Sistem pendidikan tentu memiliki rumusan tujuan yang jelas. Inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya: perubahan tujuan tiap jenis sekolah (rumusan tujuan SMP, SMA disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan tantangan kehidupan), perubahan rumusan tujuan pendidikan nasional dan sebagainya.



f)                   Prosedur.
Sistem pendidikan tentu mempunyai prosedur untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang relevan dengan komponen ini misalnya: penggunaan kurikulum baru, cara membuat persiapan mengajar, pengajaran individual, pengajaran kelompok, dan sebagainya.
g)                  Peran yang diperlukan.
Dalam sistem sosial termasuk sistem pendidikan diperlukan kejelasan peran yang diperlukan untuk melancarkan jalannya pencapaian tujuan inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya: peran guru sebagai pemakaimedia (maka diperlukan keterampilan menggunakan berbagai macam media), peran guru sebagai pengelola kegiatan kelompok, guru sebagai anggota team teaching, dan sebagainya.
h)                  Wawasan dan perasaan.
Dalam interaksisosial biasanya berkembang suatu wawasan dan perasaan tertentu yang akan menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. Kesamaan wawasan dan perasaan dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan pendidikan yang sudah ditentukan akan mempercepat tercapainya tujuan. Inovasi yang relevan dengan bidang ini misalnya: wawasan pendidikan seumur hidup, wawasan pendekatan keterampilan proses, perasaan cinta pada pekerjaan guru, kesediaan berkorban, kesabaran sangat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kurikulum yang disempurnakan, dan sebagainya.
i)                    Bentuk hubungan antar bagian (mekanisme kerja).
Dalam sistem pendidikan perlu ada kejelasan hubungan antara bagian ataumekanisme kerja antara bagian dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya: diadakan perubahan pembagian tugas antara seksi di kantor departemen pendidikan dan mekanisme kerja antar seksi, di perguruan tinggi diadakan perubahan hubungan kerjaantara jurusan, fakultas, dan biro registrasi tentang pengadministrasian nilai mahasiswa, dan sebagainya.
j)                    Hubungan dengan sistem yang lain.
Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam beberapa hal harus berhubungan atau bekerja sama dengan sistem yang lain. Inovasi yang relevan dengan bidang ini misalnya: dalam pelaksanaan usaha kesehatan sekolah bekerjasama atau berhubungan dengan Departemen Kesehatan, data pelaksanaan KKN harus kerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat, dan sebagainya.
k)                  Strategi.
Yang dimaksud dengan strategi dalam hal ini ialah tahap-tahap kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan. Adapun macam dan pola strategi yang digunakan sangat sukar untuk diklasifikasikan, tetapi secara kronologis biasanya menggunakan pola urutan sebagai berikut:
1)                  Desain.
Ditemukannya suatu inovasi dengan perencanaan penyebarannya berdasarkan suatu penelitian dan obeservasi atau hasil penilaian terhadap pelaksanaan sistem pendidikan yang sudah ada.
2)                  Kesadaran dan perhatian.
Suatu potensi yang sangat menunjang berhasilnya inovasi ialah adanya kesadaran dan perhatian sasaran inovasi (baik individu maupun kelompok) akan perlunya inovasi. Berdasarkan kesadaran itu mereka akan berusaha mencari informasi tentang inovasi.
3)                  Evaluasi.
Para sasaran inovasi mengadakan penilaian terhadap inovasi tentang kemampuannya untuk mencapai tujuan, tentang kemungkinan dapat terlaksananya sesuai dengan kondisi situasi, pembiayaannya dan sebagainya.
4)                  Percobaan.
Para sasaran inovasi mencoba menerapkan inovasi untuk membuktikan apakah memang benar inovasi yang dinilai baik itu dapat diterapkan seperti yang diharapkan. Jika ternyata berhasil maka inovasi akan diterima dan terlaksana dengan sempurna sesuai strategi inovasi yang telah direncanakan.
b.                  Difusi Inovasi Pendidikan
Secara umum, difusi inovasi sebagai penyebarluasan dari gagasan inovasi tersebut melalui prose komunikasi yang dilalukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu diantara anggota sistem sosial dalam masyarakat.
Everett M. Rogers (1983), menyebutkan difusi sebagai proses untuk mengomunikasikan suatu inovasi kepada anggota suatu sistem sosial melalui saluran komunikasi tertentu dan berlangsung sepanjang waktu. Sedangkan difusi inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan gagasan inovasi tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam rentang waktu tertentu di antara anggota sistem sosial masyarakat.
Rogers membedakan antara sistem difusi sentralisasi dan sistem difusi desentralisasi. Dalam sistem difusi sentralisasi, penentuan tentang berbagai hal seperti: kapan dimulainya difusi inovasi, dengan saluran apa, siapa yang akan menilai hasilnya, dan sebagainya, dilakukan oleh sekelompok kecil orang tertentu atau pimpinan agen pembaharu. Sedangkan dalam sistem difusi desentralisasi, penentuan itu dilakukan oleh klien (warga masyarakat) bekerja sama dengan beberapa orang yang telah menerima inovasi. Dalam pelaksanaan sistem difusi desentralisasi yang secara ekstrim tidak perlu ada agen pembaharuan.Warga masyarakat itu sendiri yang bertanggung jawab terjadinya difusi inovasi.
c.                   Elemen Difusi Inovasi
Rogers mengemukakan ada 4 elemen pokok difusi inovasi, yaitu: (1) inovasi, (2) komunikasi dengan saluran tertentu, (3)waktu, dan (4) warga masyarakat (anggota sistem sosial). Untuk jelasnya setiap elemen diuraikan sebagai berikut:
a.                   Inovasi
Inovasi ialah suatu ide, barang,  kejadian,  metode yang diamati sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil invensi atau diskoveri yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu. Baru di sini diartikan mengandung ketidak tentuan (uncertainty), artinya sesuatu yang mengandung berbagai alternatif.Sesuatu yang tidak tentu masih terbuka berbagai kemungkinan bagi orang yang mengamati, baik mengenai arti, bentuk, manfaat, dan sebagainya.Dengan adanya informasi berarti mengurangi ketidak tentuan tersebut, karena dengan informasi itu berarti memperjelas arah pada satu alternatif tertentu.
b.                  Komunikasi dengan saluran tertentu
Komunikasi dalam difusi inovasi ini diartikan sebagai proses pertukaran informasi antara anggota sistem sosial, sehingga terjadi saling pengertian antara satu dengan yang lain. Difusi adalah salah satu tipe komunikasi yang menggunakan hal yang baru sebagai bahan informasi.Inti dari pengertian difusi ialah terjadi komunikasi (pertukaran informasi) tentang sesuatu hal yang baru (inovasi). Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) suatu inovasi, (2) individu atau kelompok yang telah mengetahui dan berpengalaman dengan inovasi, (3) individu atau kelompok yang lain yang belum mengenal inovasi, (4) saluran komunikasi yang menggabungkan antara kedua pihak tersebut.
c.                   Waktu
Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi, karena waktu merupakan aspek utama dalam proses komunikasi. Tetapi banyak peneliti komunikasi yang kurang memperhatikan aspek waktu, dengan bukti tidak menunjukkannya secara eksplisit variabel waktu.Mungkin hal initerjadi karena waktu tidak secara nyata berdiri sendiri terlepas dari suatu kejadian, tetapi waktu merupakan aspek dari setiap kegiatan.
2. 2 Pengertian Proses Inovasi Pendidikan
Proses inovasi pendidikan adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai sadar tahu adanya inovasi sampai menerapkan (implementasi) inovasi pendidikan. Kata proses mengandung arti bahwa aktivitas itu dilakukan dengan memakan waktu dan setiap saat tentu terjadi perubahan. Berapa lama waktu yang dipergunakan selama proses itu berlangsung akan berbeda antara orang atau organisasi satu dengan yang lain tergantung pada kepekaan orang atau organisasi terhadap inovasi. Demikian pula selama proses inovasi itu berlangsung akan selalu terjadi perubahan yang berkesinambungan sampai proses itu dinyatakan berakhir.
Dalam mempelajari proses inovasi para ahli mencoba mengidentifikasi kegiatan apa saja yang dilakukan individu selama proses itu berlangsung serta perubahan apa yang terjadi dalam proses inovasi,maka hasilnya diketemukan pentahapan proses inovasi seperti berikut:a)Beberapa Model Proses Inovasi Yang berorientasi pada Individual, antara lain:
1.                  Lavidge & Steiner (1961):      ·Menyadari
·Mengetahui
·Menyukai
·Memilih
·Mempercayai
 ·Membeli
2.                  Colley (1961): ·Belum menyadari
·Menyadari
·Memahami
·Mempercayai
·Mengambil tindakan
3.                  Rogers (1962):    ·Menyadari
·Menaruh perhatian
·Menilai
·Mencoba
·Menerima (Adoption)
4.                  Robertson (1971): ·Persepsi tentang masalah
·Menyadari
·Memahami
·Menyikapi
·Mengesahkan
·Mencoba
·Menerima
·Disonansi
b) Beberapa Model Proses Inovasi Yang Berorientasi pada Organisasi, antara lain:
1. Milo (1971):   ·Konseptualisasi
·Tentatif adopsi
·Penerimaan Sumber
·Implementasi
·Institusionalisasi
2. Shepard (1967):   ·Penemuan ide
·Adopsi
·Implementasi
3. Hage & Aiken (1970):  ·Evaluasi
·Inisiasi
·Implementasi
·Routinisasi
2.3 Tujuan Inovasi Pendidikan
Menurut santoso (1974) tujuan utama inovasi, yakni meningkatkan sumber-sumber tenaga, uang dan sarana termasuk struktur dan prosedur organisasi. Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas : sarana serta jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya (menurut kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat dan pembangunan) dengan menggunakan sumber, tenaga, uang, alat dan waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya.
Adapun tujuan inovasi pendidikan pada umumnya adalah :
a) Lebih meratanya pelayanan pendidikan.
b) Lebih serasinya kegiatan belajar.
c) Lebih efisien dan ekonomisnya pendidikan.
d) Lebih efektif dan efisiensinya sistem penyajian.
e) Lebih lancar dan sempurnanya sistem informasi kebijakan.
f) Lebih dihargainya unsur kebudayaan nasional.
g) Lebih kokohnya kesadaran, identitas dan kesadaran nasional.
h) Tumbuhnya masyarakat gemar belajar.
i) Tersebarnya paket pendidikan yang memikat, mudah dicerna dan mudah diperoleh.
j) Meluasnya kesempatan kerja.
2.4Inovasi Pendidikan di Sekolah
a) Inovasi harus berlangsung di sekolah guna memperoleh hasil yang terbaik dalam mendidik siswa.
b) Ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah adalah guru.
c) Oleh karena itu guru harus mampu menjadi seorang yang inovatif guna menemukan strategi atau metode yang efektif untuk mendidik.
d) Inovasi yang dilakukan guru pada intinya berada dalam tatanan pembelajaran yang dilakukan di kelas.
e) Kunci utama yang harus dipegang guru adalah bahwa setiap proses atau produk inovatif yang dilakukan dan dihasilkannya harus mengacu kepada kepentingan siswa.
2.5 Faktor-Faktor yang Mesti Diperhatikan dalam Inovasi Pendidikan
a) Guru
Guru adalah orang yang sanagat berpengaruh orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus betul-betul membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai. Guru harus mampu mempengaruhi siswanya. Guru harus berpandangan luas dan kriteria bagi seorang guru ialah harus memiliki kewibawaan karena dapat memberikan suatu kekuatan yang dapat memberikan kesan dan pengaruh.Dengan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa untuk mengadakan pembaharuan dalam pendidikan, kita harus meningkatkan profesionalisme guru.
b) Siswa
Siswa merupakan objek utama dalam proses belajar mengajar. Siswa dididik oleh pengalaman belajar mereka, dan kualitas pendidikannya bergantung pada pengalamannya, kualitas pengalaman-pengalaman, sikap-sikap, temasuk sikap-sikapnya pada pendidikan.Dan belajar dipengaruhi oleh orang yang dikaguminya. Oleh karena itu, dalam mengadakan pembaharuan pendidikan, kita harus memperhatikannya dari segi murid karena murid merupakan objek yangakan diarahkan.
c) Fasilitas
Proses belajar mengajar akan berjalan lancer kalau ditunjang oleh sarana yang lengkap. Oleh karena masalah fasilitas merupakan masalah yang esensial dalam pendidikan, maka dalam pembaharuan pendidikan kita harus serempak pula memperbaharui mulai dari gedung sekolah sampai kepada masalah yang paling dominan, yaitu alat peraga (sebagai penjelasan dalam penyampaikan pendidikan).
d) Program atau Tujuan
Dalam proses belajar mengajar kita harus mempunyai tujuan yang jelas. Kita harus meniliti apa tujuan pendidikan nasional kita, apa pula tujuan institusionalnya, kurikulernya sampai kepada tujuan yang sangat sepesifik sekali telnologi informasi dan komunikasi.
Dalam pembaharuan pendidikan tidak akan berhasil kalau mengenyampingkan masalah tujuan. Sebaliknya dengan memperjelas tujuan akan lebih mudahlah kepada apa yang akan dilakukan.
e) Kurikulum
Kurikulum dalam arti yang luas adalah yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah.Kurikulum sekolah dapat dipandang sebagai bagian dari kehidupan.Oleh karena itu, kurikulum berpengaruh sekali kepada maju mundurnya pendidikan.Apabila kita mengadakan suatu inovasi dalam pendidikan, kita harus memperhatikan kurikulum yang sudah dirumuskan.Kalau pendidikan diperbaharui, maka sudah barang tentu (otomatis) kurikulumnya pun harus berubah.Kita tidak bisa mengadakan pembaharuan tanpa perubahan pada kurikulum.
f) Lingkup Sosial Masyarakat
Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam pelaksanaan pembahruan pendidikan.Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yangingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik teutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam pelaksanakan inovasi pendidikan.
g) Kreatifitas
Penyatuan pengetahuan dari berbagai bidang pengalaman yang berlaianan untuk menghasilkan ide-ide baru dan lebih baik, di antaranya: a) Penemuan masalah.
b) Persiapan.
c) Pengendapan.
d) Wawasan.
e) Taktik.
Mengembangkan Kreativitas:
a) Imajinasi – intensif.
b) Keleluasaan-kebebasan pikiran.
c) Gila/aneh.
d) Hubungan antara objek - melahirkan ide-ide.
Metode Mengajar Guru
Memiliki kompetensi : (Pedagogi, Profesional, Individual, dan Sosial), seperti
a) Planning Instruction
b) Implementing Instructions
c) Performing Administrative Duties
d) Communicating
e) Development Personal Skills
f) Developing Pupil Self
h) Siklus Inovasi
i) Kegagalan Dalam Inovasi, antara lain:
1) Definisi tujuan yang buruk.
2) Buruknya mensejajarkan aksi untuk mencapai tujuan.
3) Buruknya partisipasi anggota tim.
4) Buruknya pengawasan produk.
5) Buruknya komunikasi dan akses informasi.
6) Masalah-masalah yang menuntut diadakan inovasi.
v    Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat dan sekaligus bertambahnyakeinginan masyarakat untuk mendapatkanpendidikan yang secara kumulatif menuntut tersedianya sarana pendidikan yang memadai.
v    Berkembangnya ilmu pengetahuan yang modern menghendaki dasar-dasar pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan terus menerus dan dengan demikian menuntut pendidikan yang lebih lama sesuai dengan konsep pendidikan seumur hidup (long education).
v    Berkembangnya tekhnologi yang mempermudah manusia dalam menguasai dan memanfaatkan alam dan lingkungannya, tetapi yang sering kali ditangani sebagai suatu ancaman terhadap kelestarian peranan manusiawi.
Tantangan-tantangan di atas lebih berat lagi dirasakan karena berbagai persoalan datang baik dari luar maupun dari dalam system pendidikan itu sendiri, yaitu di antaranya :
v    Sumber-Sumber yang makin terbatas dan belum dimanfaatkannya sumber yang ada secara efektif dan efisien.
v    Sistem pendidikan yang masih lemah dengan tujuan yang masih kabur, kurikulumnya belum serasi, relevan, suasana belum menarik dan sebagainya.
v    Pengelolaan pendidikan yang belum mekar dan mantap dan belum peka terhadap perubahan dan tuntutan keadaan, baik masa kini maupun masa akan datang.

2.6              Kendala-Kendala dalam Inovasi Pendidikan
Kendala-kendala yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum antara lain adalah :
a) Perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi.
b) Konflik dan motivasi yang kurang sehat.
c) Lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan.
d) Keuangan (finacial) yang tidak terpenuhipenolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi.
e) Kurang adanya hubungan sosial dan publikasi (Subandiyah 1992:81).
Untuk menghindari masalah-masalah tersebut di atas, dan agar mau berubah terutama sikap dan perilaku terhadap perubahan pendidikan yang sedang dan akan dikembangkan, sehinga perubahan dan pembaharuan itu diharapkan dapat berhasil dengan baik, maka guru, administrator, orang tua siswa,dan masyarakat umumnya harus dilibatkan.
2.7              Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Inovasi Pendidikan
Motivasi yang mendorong perlunya diadakan inovasi pendidikan jika dilacak biasanya bersumber pada dua hal yaitu:
v    Kemauan sekolah (lembaga pendidikan) untuk mengadakan respon terhadap tantangan kebutuhan masyarakat, dan
v    Adanya usaha untuk menggunakan sekolah (lembaga pendidikan)untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Antara lembaga pendidikan dan sistem sosial terjadi hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Agar dapat lebih memahami tentang perlunya perubahan pendidikan atau kebutuhan adanya inovasi pendidikan dapat kita gali dari tiga hal yang sangat besar pengaruhnya terhadapkegiatan disekolah,yaitu:
1)                  Faktor kegiatan belajar mengajar yang menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar ialah kemampuan guru sebagai tenaga profesional. Guru sebagai tenaga yang telah dipandang memiliki keahlian tertentu dalam bidang pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk mengelola kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan institusional yang telah dirumuskan. Tetapi dalam pelaksanaan tugas pengelolaan kegiatan belajar mengajar terdapat berbagai faktor yang menyebabkan orang memandang bahwa pengelolaan kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan yang kurang profesional, kurang efektif, dan kurang perhatian.Sebagai alasan mengapa orang memandang tugas guru dalam mengajar mengandung banyak kelemahan tersebut, antara lain dikemukakan bahawa:
·                     Keberhasilan tugas guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh hubungan interpersonal antara guru dengan siswa. Dengan demikian maka keberhasilan pelaksanaan tugas tersebut, juga sangat ditentukan oleh pribadi guru dan siswa. Dengan kemampuan guru yang sama belum tentu menghasilkan prestasi belajar yang sama jika menghadapi kelas yang berbeda, demikian pula sebaliknya dengan kondisi kelasyang sama diajar oleh guru yang berbeda belum tentu dapat menghasilkan prestasi belajar yang sama, meskipun para guru tersebut semuanya telah memenuhi persyaratan sebagai guru yang profesional.
·                     Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan kegiatan yang terisolasi. Pada waktu guru mengajar dia tidak mendapatkan balikan dari teman sejawatnya. Kegiatan guru di kelas merupakan kegiatan yang terisolasi dari kegiatan kelompok. Apa yang dilakukan guru di kelas tanpa diketahui oleh guru yang lain.Dengan demikian maka sukar untuk mendapatkan kritik untuk pengembangan profesinya. Ia menganggap bahwa yang dilakukan sudah merupakan cara yang terbaik.
·                     Berkaitan dengan kenyataan di atas tersebut, maka sanagat minimal bantuan teman sejawat untuk memeberikan bantuan saran atau kritik guna peningkatan kemampuan profesionalnya. Apa yang dilakukan guru di kelas seolah-olah sudah merupakan hak mutlak tanggung jawabnya, orang lain tidak boleh ikut campur tangan. Padahal apa yang dilakukan mungkin masih banyak kekurangannya.
·                     Belum ada kriteria yang baku tentang bagaimana pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang efektif. Dan memang untuk membuat kriteria keefektifan proses belajar mengajar sukar ditentukan karena sangat banyak variabel yang ikut menentukan keberhasilan kegiatan belajar siswa. Usaha untuk membuat kriteria tersebut sudah dilakukan misalnya dengan digunakannya APKG (Alat Penilai Komptensi Guru).
·                     Dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar, guru menghadapi sejumlah siswa yang berbeda satu dengan yang lain baik mengenai kondisi fisik, mental intelektual, sifat, minat, dan latar belakang social ekonominya. Guru tidak mungkin dapat melayani siswa dengan memperhatikan perbedaan individual satu dengan yang lain,dalam jam jam pelajaran yang sudah diatur dengan jadwal dan dalam waktu yang sangat terbatas.
·                     Berdasarkan data adanya perbedaan individual siswa, tentunya lebih tepat jika pengelolaan kegiatan belajarmengajar dilakukan dengan cara yang sangat fleksibel, tetapi kenyataannya justru guru dituntut untuk mencapai perubahan tingkah laku yang sama sesuai dengan ketentuan yang telah dirumuskan. Jadi anak yang berbeda harus diarahkan menjadi sama. Jika guru tidak dapat mengatasi masalah ini dapat menimbulkan anggapan diragukan kualitas profesionalnya.
·                     Guru juga menghadapi tantangan dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya, yaitu tanpa adanya keseimbangan antara kemampuan dan wewenangnya mengatur beban tugas yang harus dilakukan, serta tanpa bantuan dari lembaga dan tanpa adanya insentif yang menunjang kegiatannya. Ada kemauan guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya, mungkin dengan cara belajar sendiri atau mengikuti kuliah di perguruan tinggi, tetapi tugas yang harus dilakukan masih terasa berat, jumlah muridnya dalam satu kelas 50 orang, masih ditambah tugas administratif, ditambah lagi harus melakukan kegiatan untuk menambah penghasilan karena gaji pas-pasan, dan masih banyak lagi faktor yang lain. Jadi program pertumbuhan jabatan atau peningkatan profesi guru mengalami hambatan.
·                     Guru dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar mengalami kesulitan untuk menentukan pilihan mana yang diutamakan karena adanya berbagai macam tuntutan. Dari satu segi meminta agar guru mengutamakan keterampilan proses belajar, tetapi dari sudut lain dia dituntut harusmenyelesaikan sajian materi kurikulum yang harus diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan, karena menjadi bahan ujian negara/nasional. Demikian pula dari satu segi guru dituntut menekankan perubahan tingkah laku afektif, tetapi dalam evaluasi hasil belajar yang dipakai untuk menentukan kelulusan siswa hanya mengutamakan aspek kognitif.
2)                  Faktor Internal dan Eksternal
Faktor internal yang mempengaruhi pelaksanaan sistem pendidikan dan dengan sendirinya juga inovasi pendidikan ialah siswa. Siswa sangat besar pengaruhnya terhadap proses inovasi karena tujuan pendidikan untuk mencapai perubahan tingkah laku siswa. Jadi siswa sebagai pusat perhatian dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan berbagaimacamkebijakan pendidikan.
Faktor eksternal yang mempunyai pengaruh dalam proses inovasi pendidikan ialah orang tua. Orang tua murid ikut mempunyai peranan dalam menunjang kelancaran proses inovasi pendidikan, baik ia sebagai penunjang secara moral membantu dan mendorong kegiatan siswa untuk melakukan kegiatan belajar sesuai dengan yang diharapkan sekolah,maupun sebagai penunjang pengadaan dana.
Para ahli pendidik (profesi pendidikan) merupakan faktor internal dan juga faktor eksternal, seperti: guru, administrator pendidikan, konselor, terlibat secara langsung dalam proses pendidikan di sekolah. Ada juga para ahli yang di luar organisasi sekolah tetapi ikut terlibat dalam kegiatan sekolah seperti: para pengawas, inspektur, pemilik sekolah, konsultan, dan mungkin juga pengusaha yang membantu pengadaan fasilitas sekolah. Demikian pula para panatar guru, staf pengembangan dan penelitian pendidikan, para guru besar, dosen, dan organisasi persatuan guru, juga merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan sistem pendidikan atau inovasi pendidikan.Namun apakah mereka termasuk factor internal atau eksternal agak sukar dibedakan, karena guru sebagai faktor internal tetapi juga menjadi anggota organisasi persatuan guru, yang dapat dipandang sebagai faktor eksternal.
v    Sistem Pendidikan (Pengelolaan dan Pengawasan)
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah diatur dengan aturan yang dibuat oleh pemerintah.Penanggung jawab sistem pendidikan di Indonesia adalah Departemen Pendidikan Nasional yang mengatur seluruh sistem berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan.
Dalam kaitan dengan adanya berbagai macam aturan dari pemerintah tersebut maka timbul permasalahan sejauh mana batas kewenangan guru untuk mengambil kebijakan dalam melakukan tugasnya dalam rangka menyesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat.Demikian pula sejauh mana kesempatan yang diberikan kepada guru untuk meningkatkan kemam puan profesionalnya guna menghadapi tantangan kemajuan jaman.
2. 8 Beberapa Upaya dalam Inovasi Pendidikan
a) Sistem PAMONG
     Perkataan PAMONG sendiri adalah singkatan dari Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang Tua dan Guru dan telah dipergunakan sejak kegiatan pencarian alternative atau pelengkap bagi pendidikan dasar pada umumnya, proyek ini berawal dari proyek kerjasama antara BP3K Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan SEAMO Regional “Innotech Centre” (Innovation and Educational Technology) pada tahun 1974-1979. Lokasi proyek ini terletak di Solo, Jawa Tengah.Pada dasarnya systemini mengetengahkan peranan baru bagi guru dari pengajaran di muka kelas menjadi pengelola kegiatan belajar. Sebagai pengelola ia harus dapat meningkatkan kemampuannya,sehingga tidak lagi terbatas pada jumlah 40 orang murid yang di hadapi seperti lazimnya, tetapi diharapkan mampu mengelola antara 80-100 orang. Murid-murid belajar sendiri dengan menggunakan modul yaitu suatu satuan pengajaran yang tercetak, dimana pelajaran telah tersusun dan terprogram sedemikian rupa meliputi tujuan pengajarn, informasi bahan, latihan dan riset, serta kegiatan praktikum, tes dan umpan balik, serta ujian. Sehingga modul itu “ dapat mengajar sendiri” Dengan demikian guru dapat mengalihkan kegiatan mengajar menjadi supervise dan memberikan konsultasi kepada murid-murid.
       Salah satu prinsip sistem SD PAMONG adalah bahwa belajar dapat berlangsung di berbagai tempat, artinya sistem SD PAMONG berusaha untuk mengubah pandangan bahwa belajar hanya dapat terjadi di dalam gedung sekolah dan bahwa jika anak putus sekolah juga berarti putus belajar. Dengan demikian sistem SD PAMONG di samping merupakan usaha serta kegiatan lain untuk meningkatkan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, juga berusaha menciptakan wadah dan kesempatan bagi anak yang karena satu dan lain hal; terpaksa tidak dapat belajar disekolah biasa.
b) Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Tujuan proyek KKN adalah melengkapi para mahasiswa dengan pengalaman praktis tentang kebutuhan dan masalah pembangunan masyarakat pedesaan, serta penyediaan tenaga kerja terdidik untuk pembangunan di 58.000 desa yang tersebar di seluruh Indonesia. Rencana tersebut dimulai tahun 1971 atau 1972 oleh 3 universitas yang merintis melaksanakan proyek tersebut. Mnurut rencana tahun 1975 atau 1976 sebanyak 28 Lembaga Pendidikan Tinggi sudah bergiat dengan KKN dan selanjutnya seluruh mahasiswa di tingkat terakhir kurang lebih sebanyak 23.000 orang setahunnya akan terlibat kegiatan KKN. Jelas bahwa KKN akan menyediakan tenaga-tenaga akademik yang terampil, berpengalaman langsung secara praktis tentang kebutuhan dan masalah pembangunan masyarakat pedesaan dan bukan sekedar berpengetahuan teori dari bangku kuliah saja.
c) Program Penerimaan Bakat
Proyek ini bertujuan untuk membantu murid dan mahasiswa yang berbakat serta berprestasi tinggi dalam belajar.Bantuan dan beasiswa diberikan kepada pelajar di setiap jenis dan tingkat pendidikan.Adapun persyaratan untuk memperoleh beasiswa ialah mahasiswa yang mempunyai bakat yang menonjol, berprestasi tinggi tetapi ekonominya lemah. Penilaian didasarkan atas prinsip kesempatan yang sama dan dilaksanakan secara sektoral. Selain beasiswa, program ini juga memberikan bantuan dalam bentuk buku-buku dan sebagainya.Kini di Indonesia telah terdapat berbagai badan yang memberikan beasiswa kepada siswa-siswa, seperti Supe Semar yang dalam REpelita selanjutnya memberikan bantuan khusus kepada anak yang berbakat istimewa.
d) Proyek Pendidikan Guru
Proyek ini sebagai bagian dari suatu kerangka menyeluruh dari karir guru, tidak hanya meliputi pendidikannya tetapi juga pengabdiannya terhadap masyarakat dan pendidikan profesionalisme yang didukung oleh suatu penelitian.Tujuan proyek ini ialah dimilikinya lembaga pendidikan guru untuk segala jenis dan tingkat, baik yang bersifat in-service maupun pre-service yang terkoordinsasi dalam suatu jaringan yang saling mengisi. Proyek tersebut direncanakan akan mampu mendorong secara mantap perkembangan pendidikan guru, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, terutama kurikulumnya. Oleh karena itu, proyek akan menyusun suatu rencana kemudian mengujinya, jika diperlukan akan diadakan perubahan penyempurnaan terhadap disain tersebut sehingga guru-guru mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan kurikulum yang baru. Selain itu proyek ini akan menggunakan pendekatan dan metode pendidikan guru secara konsisten sesuai dengan sekolah-sekolah yang bersangkutan.
e) Model Pembaharuan pada Sekolah Menengah Umum
        Kegiatan konsultasi untuk pengembangan model Sekolah Menengah Umum yang semula adalah untuk menciptakan beberapa sekolah model untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus. Namun, kemudian tim konsultan ditugaskan untuk menangani kegiatan ini bersama-sama dengan staf Dikmenum dan semua menyetujui bahwa konsep sekolah model yang lama tidak efektif dalam melaksanakan pengembangan sekolah. Konsep baru bagi model “pengembangan sekolah” telah didiskusikan oleh para konsultan Internasional, konsultan Nasional dan staf Dikmenum. Konsep “model” yang tradisional bergantung kepada gambaran sekolah yang sangat baik dan memperolehtambahan input (uang, pelatihan, fasilitas dan sumber pembelajaran) menciptakan adanya model yang bagus yang akan ditiruoleh sekolah lain. Masalah yang terlihat jelas untuk pendekatan ini adalah bahwa sekolah biasa akan sulit untuk diubah menjadi sekolah yang bagus apalagi menjadi sekolah model. Masalah kedua adalah apabila input yang sama tidak diterapkan pada sekolah biasa, peniruan model tidak akan difasilitasi.
Sebagai alternatif, mereka yang terlibat dalam sekolah model memilih untuk merencanakan langkah yang berbeda dalam pembuatan konsep pengembangan sekolah “model”. Kunjungan ke beberapa sekolah di wilayahyang berbeda oleh para konsultan membawa hasil akan kayanya informasi mengenai prakarsa Sekolah Menengah Umum yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sekolah setempat. Usaha inovatif ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk meningkatkan mutu sekolah basisnya ada pada tingkat sekolah.Dari sini jelas sekali terlihat oleh para konsultan, bahwa sekolah yang mengalami peningkatan dan pengembangan adalah yang dapat mewakili model pengembangan sekolah. Fokusnya adalah pada “proses” yang dialami oleh sekolah ketika mutu pendidikan meningkat.
Salah satu keuntungan dari model ini adalah apabila sekolah sudah mencapai tingkat-tingkat komunikasi terbuka yang optimal dan pengambilan keputusan bersama, sekolah dapat menjadi mandiri.Hal ini secara tidak langsung menyatakan bahwa kepala sekolah berfungsi sebagai koordinator pada fungsi sekolah yang berbeda.Masalah utama adalah arah pengembangan sekolah dan identifikasi sumber keuangan untuk membantu pengembangan sekolah yang dapat berjalan terus menerus dalam kegiatan kepala sekolah.Dalam sistem pendidikan di mana kepala sekolah secara periodik diganti, pendekatan ini membuat pengembangan sekolah dapat tetap dilanjutkan meskipun kepala sekolah yang baru, baru diperkenalkan dengan sekolahnya.
          Model ini merupakan tinjauan yang menyeluruh terhadap semua yang terlibat dalam proses pengembangan kondisi untuk pembaharuan di sekolah. Ketika Sekolah Menengah Umum berjalan menuju peningkatan mutu berbasis sekolah) hal ini menunjukkan kepada sekolah bahwa proses pengembangan akan tercapai.
f) Sistem KBK dalam Perkuliahan
     Tuntutan KBK, bagi dosen mampu memformulasikan komponen desain instruksional, penguasaan materi dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sarana pembelajaran yang terintegrasi dalam upaya mengembangkan semua potensi mahasiswa. Konsekuensinya, inovasi dan kreatifitas dosen dalam mengembangkan model-model pembelajaran sangat dibutuhkan dalam rangka menghasilkan peserta didik yang sanggup bersaing di era globalisasi.
Salah satu model yang berkembang melalui problem based learning (PBL), bersifat dinamis berbasis pemecahan masalah, interaktif dan kemajuan belajar yang didasarkan pada penguasaan kompetensi serta produktif Sebagai dasar acuannya. Untuk itu, hendaknya dosen pertama, memfasilitasi sumber belajar baik berupa buku rujukan, hand-out kuliah, journal, bahan kuliah yangberasal dari hasil penelitian dan waktu yang memadai kepada peserta belajar.Kedua, memotivasi mahasiswa dengan memberi perhatian cukup kepada mahasiswa.Memberi materi yang relevan dengan tingkat kemampuan mahasiswa dan dengan situasi yang kontektual. Memberi semangat dan kepercayaan padamahasiswa bahwa ia dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Memberi kepuasan pada mahasiswa terhadap pembelajaran yang kita jalankan.Ketiga, memberi tutorial yakni pada tataran menunjukkan jalan/cara/ metode yang dapat membantu mahasiswa menelusuri dan menemukan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran.Keempat, memberi umpan balik sebagai bentuk monitoring dan mengkoreksi jalan pikiran/hasil kinerjanya agar mencapai sasaran yang optimum sesuai kemampuannya.














BAB III
DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA

3.1              Deskripsi Data
Hasil yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian di lapangan yaitu SMA Negeri 4 Banjarmasin adalah profil sekolah, daftar hadir peserta didik kelas IPS,  daftar nilai, dan RPP guru yang digunakan dalam semester ini pada kelas X, XI, dan XII IPS semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017.
Berikut ini adalah profil SMA Negeri 4 Banjarmasin
Nomor Statistik                                   : 201156004017
Alamat                                                            : Jl. Teluk Tiram Darat, No.16, Telawang, Banjarmasin
  Barat, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Kode Pos                                            : 70113
Telepon                                               : (+62511) 4368141
Wilayah                                               : Perkotaan
Status                                                  : Negeri/ Pemerintah Daerah
SK                                                       : MENDIKBUD No. 0436/0/1977
Penerbit                                               : MENDIKBUD
Tahun Berdiri                                      : 1977-10-10
Tahun Penegerian                                : 1977-10-10
KBM                                                   : Pagi
Bangunan                                            : Milik Sendiri
Jarak ke Pusat Kecamatan                  : kurang lebih 6 km
Jarak ke Pusat Kota                            : kurang lebih 7 km
Lintasan                                              : Kota
Akreditasi                                           : A
NPSN (N)/NPSN (T)                          : 30304272
Data yang diperoleh merupakan hasil penelitian dengan metode wawancara. Adapun jenis data yang diperoleh yaitu data primer, data yang diperoleh langsung dari hasl wawancara, yang kedua adalah data sekunder, yaitu data yang diberikan oleh guru mata pelajaran geografi di SMA Negeri 4 Banjarmasin. Data sekunder yang diperoleh antara lain absensi siswa pada mata pelajaran geografi, nilai siswa pada mata pelajaran geografi, dan RPP guru mata pelajaran geografi.
Populasi penelitian ini adalah sekolah SMA Negeri 4 Banjarmasin, sedangkan sampel penelitian ini yaitu kelas X, XI, dan XII jurusan IPS, yang mana guru geografi di SMA Negeri 4 Banjarmasin sebagai responden.
Adapun data responden dalam penelitian ini, yaitu:
1.    Nama          : Nurul Hayani
Lulusan       : UNLAM tahun 204
Status         : PNS
Telpon        : 085249315865
Jabatan       : Guru mata pelajaran Geografi kelas XII.

2.    Nama          : Teguh
Lulusan       : Prodi Pendidikan Geografi FKIP UNLAM tahun 2016
Status         : Honorer (GTT)
Jabatan       : Guru mata pelajaran Geografi kelas X dan XI

3.2              Analisis Data
1.                  Absensi Siswa Tahun Pelajaran 2016/2017.
Data ini berupa data absensi semua siswa kelas XII yang ada di SMA Negeri 4 Banjarmasin. Dalam data ini terdiri atas nomor absen, nama siswa, nomor induk siswa, dan keterangan. Berikut salah satu data absensi siswa yang ada di kelas XII IPS 3:

2.                  Nilai Rapor Siswa
Data yang kedua yaitu nilai rapor siswa. Nilai rapor yang diperoleh dari hasil penelitian di SMA Negeri 4 Banjarmasin ini ialah nilai rapor siswa kelas X IPS 1 dan kelas XI semester 1 (ganjil) tahun pelajaran 2016/2017 pada mata pelajaran Geografi, tetapi tidak diketahui apakah data tersebut merupakan daftar nilai rapor siswa kelas XI IPS 1 atau XI IPS 2 maupun XI IPS 3 karena tidak ada keterangan yang lengkap dari data yang diberikan responden.

3.                  RPP Guru Mata Pelajaran Geografi
Data ketiga yang diberikan responden yaitu RPP mata pelajaran geografi baik kelas X, XI, dan kelas XII pada jurusan IPS, pada proses pembelajaran kelas X dan kelas XI IPS menggunakan kurikulum K13, sedangkan kelas XII IPS menggunakan KTSP. Selanjutnya dalam pembahasan dapat diketahui memalui RPP yang dibuat oleh guru mengenai inovasi pendidikan yang diterapkan di SMA Negeri 4 Banjarmasin.
























BAB IV
PEMBAHASAN
4.1              Permasalahan Siswa di Kelas pada Mata Pelajaran Geografi
Menurut Bapak Teguh, guru mata pelajaran Geografi di kelas X dan kelas XI jurusan IPS ada beberapa permasalahan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran, di antaranya yaitu:
1)                  Dalam motivasi belajar, di kelas X IPS hanya ada bebrapa yang termotivasi mayoritas siswa lebih banyak membuat ramai dan gaduh.
2)                  Untuk materi dengan model pembelajaran ke lapangan permasalahannya siswa lebih banyak ribut dari pada fokus dalam pembelajaran
Sedangkan menurut Ibu Nurul Hayani, guru mata pelajaran Geografi di kelas XII IPS juga ada beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran, yaitu:
1)                  Minat belajar siswa kelas XII IPS berkurang. Hal ini dikarenakan siswa tertekan dengan UN padahal saat kelas XI mereka masih bersemangat dalam belajar geografi, tetapi saat kelas XII minat mereka menurun karena UN masih menjadi momok bagi mereka.
2)                  Pada model pembelajaran, untuk mengendalikan pembelajaran setelah olah raga dengan cara diberi waktu. Hal ini tentu akan memengkas waktu mata pelajaran geografi.
3)                  Siswa sulit diatur.
4)                  Karakter siswa suka berbohong.
5)                  Ada siswa yang mecontek.

4.2              Media Pembelajaran yang Digunakan dalam Semester Ini
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaaan, perhatuan dan kemapuan atau keterampilan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.
Adapun media pembelajaran yang telah digunakan guru dari RPP yang terapkan di kelas X, XI, dan XII IPS pada mata pelajaran Geografi semester 1 (ganjil) tahun ajaran 2016/2017 di SMA Negeri 4 Banjarmasin, yaitu:

Tabel 1.1 Media yang digunakan oleh guru mata pelajaran Geografi
No.
Nama Guru
Kelas Mengajar
Semester
Materi
Metode
1.
Teguh
XI
Ganjil
Biosfer
·                    LCD
·                    Spidol
·                    Gambar (Flora dan Fauna di muka bumi)

2.
Teguh
X
Ganjil
Keterampilan Geografi untuk Berbagai Bidang Kehidupan
Gambar , Papan tulis, Internet
3.
Teguh
X
Ganjil
Langkah Langkah Penelitian Geografi
Peta/ Atlas , Internet, PPT
4.
Teguh
X
Ganjil
Pengetahuan Dasar Pemetaan
              Peta/ Atlas , Papan tulis, Internet, Smartphone

5.
Teguh
X
Ganjil
Bumi Sebagai Ruang Kehidupan
Komputer/LCD/ White board/ Spidol

6.
Teguh
XI
Ganjil
Antroposfer
·                    LCD
·                    Spidol
·                    Gambar (fenomena antroposfer)


7.
Teguh
XI
Ganjil
Fenonemena Biosfer dan Antroposfer
·                    LCD
·                    Spidol
·                    Gambar (Flora dan Fauna di muka bumi)

8.
Teguh
X
Ganjil
Ruang Lingkup, Aspek, dan Objek Studi Geografi
Gambar , Papan tulis, Internet, Peta, Lingkungan sekitar
9.
Teguh
X
Ganjil
Memahami Sumber Daya Alam
·                    LCD
·                    Spidol
·                    Gambar

10.
Teguh
XI
Ganjil
Sumber Daya Alam
·                    LCD
·                    Spidol
·                    Gambar
11.
Nurul Hayani
XII
Ganjil
Peta
 LCD
12.
Nurul Hayani
XII
Ganjil
Pemetaan
LCD
13.
Nurul Hayani
XII
Ganjil
Memanfaatkan Peta
LCD
14.
Nurul Hayani
XII
Ganjil
Peta Citra dan Penginderaan Jauh
LCD

Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa media pembelajaran paling dominan yang digunakan di kelas X dan kelas XI IPS ialah LCD, gambar, papan tulis, internet, PPT dan spidol dengan kurikulum K13. Hal ini menunjukkan bahwa guru mata pelajaran geografi di SMA Negeri 4 Banjarmasin telah berinovasi dengan media pembelajaran yang diterapkan di kelas X, XI, jurusan IPS. Hanya saja pada kelas XII IPS guru masih menggunakan kurikulum KTSP dan media pembelajaran hanya menggunakan LCD
Media gambar dikombinasikan dengan 2 atau lebih media lainnya dalam pembelajaran di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa guru mencoba menggabungkan media media pembelajaran biasa dengan media pada teknologi pendidikan modern ini yang disesuaikan dengan kondisi sekolah, fasilitas, dan keadaan siswa dengan berbagai karakteristiknya.
4.3              Model Pembelajaran yang Digunakan dalam Semester Ini
Model pembelajaran ialah contoh pola atu struktur pembelajaran siswa yang didesain, diterapkan, dievaluasi secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu contoh bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.
Adapun model pembelajaran yang telah digunakan guru dari RPP yang terapkan di kelas X, XI, dan XII IPS pada mata pelajaran Geografi semester 1 (ganjil) tahun ajaran 2016/2017 di SMA Negeri 4 Banjarmasin, yaitu:
Tabel 1.2 Model pembelajaran yang digunakan oleh guru mata pelajaran Geografi
No.
Nama Guru
Kelas Mengajar
Semester
Materi
Metode
1.
Teguh
XI
Ganjil
Biosfer
a.                   Ceramah.
b.                  Tanya jawab.
c.                   Life skills.
d.                  Penugasan

2.
Teguh
X
Ganjil
Keterampilan Geografi untuk Berbagai Bidang Kehidupan
Ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan
3.
Teguh
X
Ganjil
Langkah Langkah Penelitian Geografi
Ceramah, diskusi, tanya jawab dan penugasan
4.
Teguh
X
Ganjil
Pengetahuan Dasar Pemetaan
Ceramah, diskusi, tanya jawab dan penugasan

5.
Teguh
X
Ganjil
Bumi Sebagai Ruang Kehidupan
Ceramah, diskusi, tanya jawab dan penugasan
6.
Teguh
XI
Ganjil
Antroposfer
a.                   Ceramah.
b.                  Tanya jawab.
c.                   Life skills.
d.                  Penugasan
7.
Teguh
XI
Ganjil
Fenonemena Biosfer dan Antroposfer
a.                   Ceramah.
b.                  Tanya jawab.
c.                   Examples Non Examples
8.
Teguh
X
Ganjil
Ruang Lingkup, Aspek, dan Objek Studi Geografi
Ceramah, diskusi, tanya jawab, jigsaw, talking stick dan penugasan
9.
Teguh
X
Ganjil
Memahami Sumber Daya Alam
a.                   Ceramah.
b.                  Tanya jawab.
c.                   Life skills.
d.                  Penugasan
10.
Teguh
XI
Ganjil
Sumber Daya Alam
a.                   Ceramah.
b.                  Tanya jawab.
c.                   Life skills.
d.                  Penugasan
11.
Nurul Hayani
XII
Ganjil
Peta
Tebak pelajaran
13.
Nurul Hayani
XII
Ganjil
Memanfaatkan Peta
Tebak pelajaran
14.
Nurul Hayani
XII
Ganjil
Peta Citra dan PenginderaanJauh
Tebak pelajaran

Tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa metode pembelajaran paling dominan yang digunakan di kelas X dan kelas XI IPS ialah ceramah, tanya jawab, life skills, talking stick, dan penugasan dengan kurikulum K13 pada kelas X dan kelas XI jurusan IPS. Hal ini menunjukkan bahwa guru mata pelajaran geografi di SMA Negeri 4 Banjarmasin telah berinovasi dengan metode pembelajaran yang diterapkan di kelas X, XI, jurusan IPS. Sedangkan pada kelas XII IPS guru mata pelajaran geografi lebih dominan menggunakan metode tebak pembelajaran dengan kurikulum KTSP.
Metode pembelajaran di kelas X dan kelas XI jurusan IPS pada mata pelajaran Geografi dikombinasikan dengan 2 atau lebih metode lainnya dalam pembelajaran di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa guru mencoba menggabungkan teknik mengajar zaman dulu dengan zaman modern ini yang disesuaikan dengan kondisi sekolah, fasilitas, dan keadaan siswa dengan berbagai karakteristiknya.










BAB 1V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Permasalahan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran geografi di SMA Negeri 4 Banjarmasin yaitu di antaranya kelas dengan yang ribut, pembelajaran di kuar kelas yang tidak fokus, hingga momok UN yang menurunkan motivasi belajar siswa di kelas XII IPS.
Media pembelajaran yang digunakan oleh guru mata pelajaran geografi dalam proses pembelajaran sudah berinovasi, seperti pada kelas X dan kelas XI IPS yang menggunakan kurikulum K13 dengan beragam media pembelajaran. Sedangkan kelas XII IPS hanya dominan menggunakan LCD sebagai media pembelajaran dengan kurikulum KTSP.
Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru mata pelajran geografi dalam proses pembelajaran sudah berinivasi, seperti pada kelas X dan kelas XI IPS, yang menggunakan kurikulum K13 dengai berbagai metode pembelajaran seperti ceramah, talking stick, life skills, dan penugasan. Hanya saja pada kelas XII IPS guru hanya monoton menggunakan metode tebak pembelajaran.
5.2  Saran
Guru hendak meningkatkan motivasi belajar siswa, khusunya pada kelas XII IPS yang mana di kelas ini UN menjadi momok bagi siswa yang menyebabkan berkurangnya minat belajar siswa dalam mata pelajaran geografi.
Untuk proses pembelajaran pada kelas XII IPS hendaknya guru berinovasi dengan metode dan media pembelajran lainnya yang disesuaikan dengan karaktristik siswa agar siswa tidak merasa bosan dan terciptanya proses pembelajaran yang PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).



DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah. 2006.Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Edisi Revisi 5. Jakarta: PT RajagrafindoPersada.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rifai. 2005.Media Pengajaran.Bandung: Sinar Baru.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2012.Kurikulumdan Pembelajaran.Bandung:PT. RajagrafindoPersada.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar