
LAPORAN INOVASI PENDIDIKAN
GEOGRAFI
DIAJUKAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH INOVASI
PENDIDIKAN GEOGRAFI (AMPA 559)
DOSEN PENGAJAR:
DR.
ELLYN NORMELANI, M.PD. MS.
SELAMAT
RIADI, M.PD.
DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK IV:
DESY ISWAYUNI
(A1A515007)
DHINDA MUHAMMAD
IMANIE (A1A5213)
EKA KARTIKA (A1A514071)
KARENIA QATRUNNADA
WIBOWO (A1A515010)
RURY RAHMAN
(A1A514091)
ULFA FAUZIA
(A1A515032)
ZULKIFLI
(A1A514100)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa, yang karena
izin dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas laporan ini
dengan tepat pada waktunya sebagai kelengkapan tugas dari mata kuliah Inovasi Pendidikan Geografi.
Ucapan terima kasih juga kami haturkan kepada Ibu Dr. Ellyn Normelani, M.Pd., MS., dan Bapak Selamat
Riadi, M.Pd., selaku dosen pengajar serta semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungannya sehingga terciptalah sebuahlaporan yang sederhana ini.
Dengan segala keterbatasan yang ada, kami berharap informasi ini dapat
bermanfaat sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan bagi semua pihak yang
berkepentingan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar dapat menyempurnakan
terhadap apa yang telah kami
sampaikan.
Akhir
kata semoga apa yang kami tulis
bisa bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan.
Banjarmasin, 15 Desember 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR
ISI....................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................... 1
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 2
2.1
Hakikat
dan Batasan Inovasi........................................................................................ 2
2.2
Pengertian
Proses Inovasi
Pendidikan............................................................................8
2.3 Tujuan
Inovasi Pendidikan...........................................................................................10
2.4
Inovasi
Pendidikan di Sekolah....................................................................... ............11
2.5
Faktor-Faktor
yang Mesti Diperhatikan dalam Inovasi Pendidikan............................11
2.6
Kendala-Kendala
dalam Inovasi Pendidikan...............................................................14
2.7
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Proses Inovasi Pendidikan..................................15
2.8
Beberapa Upaya dalam Inovasi Pendidikan................................................................18
BAB
III DESKRIPSI DATA DAN
ANALISIS DATA....................................................23
3.1
Deskripsi
Data...............................................................................................................23
3.2
Analisis
Data.................................................................................................................24
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Permasalahan Siswa di Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi...................................... 27
4.2 Media Pembelajaran Yang Digunakan Dalam Semester Ini
Pada Mata Pelajaran
Geografi....................................................................................................................... 27
4.3 Model Pembelajaran Yang Digunakan Dalam Semester Ini Pada
Mata
Pelajaran Geografi..........................................................................................................30
BAB IV: PENUTUP ........................................................................................................ 33
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 33
5.2 Saran ........................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring berkembangnya
zaman dunia pendidikan pun terus ikut berkembang dengan berinovasi. Inovasi
dalam bidang pendidikan diperlukan untuk pemecahan masalah dalam dunia
pendidikan. Inovasi pendidikan di sekolah harus berlangsung di sekolah guna
memperoleh hasil yang terbaik dalam mendidik siswa dan guru sebagai ujung
tombak keberhasilan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu guru harus mampu
menjadi seorang yang inovatif guna menemukan strategi atau metode yang efektif
untuk mendidik.
Inovasi yang
dilakukan guru pada intinya berada dalam tatanan pembelajaran yang dilakukan di
kelas. Kunci utama yang harus dipegang guru adalah bahwa setiap proses atau
produk inovatif yang dilakukan dan dihasilkannya harus mengacu kepada
kepentingan siswa. Penelitian kali ini yang dilakukan di SMA Negeri 4
Banjarmasin guna menganalisis permasalahan pembelajaran geografi siswa di
sekolah tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana permasalahan siswa di kelas pada mata pelajaran
geografi?
2.
Apa saja media pembelajaran yang digunakan dalam semester
ini pada mata pelajaran geografi?
3.
Apa saja model pembelajaran yang digunakan dalam semester
ini pada mata pelajaran geografi?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui
permasalahan siswa di kelas pada mata pelajaran geografi.
2.
Untuk mengetahui
media pembelajaran yang digunakan dalam semester ini pada mata pelajaran geografi.
3.
Untuk mnegetahui model pembelajaran yang digunakan dalam
semester ini pada mata pelajaran geografi.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakikat dan Batasan Inovasi
Kata
”innovation” (bahasa Inggris) sering diterjemahkan segala halyang baru atau
pembaharuan (S. Wojowasito, 1972), tetapi ada yang menjadikan kata innovation
menjadi kata Indonesia yaitu”inovasi”. Inovasi kadang-kadang juga dipakai untuk
menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil penemuan.Kata penemuan juga
sering digunakan untuk menterjemahkan kata dari bahasa
Inggris”discovery”dan”invention”.
”Discovery”,
”invention”, dan”innovation” dapat diartikan dalam bahasa Indonesia ”penemuan”,
maksudnya ketiga kata tersebut mengandung arti ditemukannya sesuatu yang baru,
baik sebenarnya barangnya itu sendiri sudah ada lama kemudian baru diketahui
atau memang benar-benar baru dalam arti sebelumnya tidak ada. Demikian pula
mungkin hal yang baru itu diadakan dengan maksud untuk mencapai tujuan
tertentu.Inovasi dapat menggunakan diskoveri atau invensi.
Diskoveri
(discovery) adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang
ditemuka nitu sudah ada, tetapi belum diketahui orang.Invensi (invention) adalah suatu penemuan
sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi manusia.Benda atau hal yang
ditemui itu benar-benar sebelumnya belum ada, kemudian diadakan dengan hasil
kreasi baru.
Inovasi
(innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau
diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat), baik itu berupa hasil invention maupun diskoveri.Inovasi diadakan
untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Inovasi
pada dasarnya merupakan hasil pemikiran yang bercirikan hal baru, baik berupa
praktik-praktik tertentu, atau berupa produk dari suatu hasil olah-pikir dan
olah teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan
dimaksudkan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi, telah banyak
dilontarkan model-model inovasi dalam berbagai bidang, antara lain usaha
pemeratan pendidikan, peningkatan mutu, peningkatan efesiensi dan efektivitas
pendidikan, dan relevansi pendidikan. Kesemuanya dimaksudkan agar difusi
inovasi yang dilakukan bisa diadopsi dan dimanfaatkan untuk perbaikan dan
pemecahan persoalan pendidikan.
Beberapa
contoh inovasi, antara lain: program jarak jauh, manajemen berbasis sekolah,
pengajaran kelas rangkap, pembelajaran kontekstual (contextual learning),
pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
Difusi
inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan dari gagasan inovasi tersebut melalui
prose komunikasi yang dilalukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam suatu
rentang waktu tertentu diantara anggota sistem sosial dalam masyarakat.
a.
Inovasi
Pendidikan
Santoso
S. Hamidjojo seperti dikutip Abdulhak (2002) menyatakan bahwa inovasi
pendidikan sebgai suatu perubahan yang baru dan secara kualitatif berada dari
hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan
guna mencapai tujuan tertentu, termasuk dalam bidang pendidikan.
Inovasi
pendidikan pada dasarnya merupakan suatu perubahan ataupun pemikiran cemerlang
di bidang pendidikan yang bercirikan hal baru, atau berupa praktik-praktik
pendidikan tertentu, atau berupa produk dari suatu hasil olah-pikir dan
olah-teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan
dimaksudkan untuk memecahkan persoalan pendidikan yang timbul dan memperbsiki
suatu keadaan pendidikan, atau proses pendidikan tertentu yang terjadi di
masyarakat.
Pendidikan
adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan
dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam arti sekolah, perguruan
tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem dalam arti yang luas
misalnya sistem pendidikan nasional. Mattew B. Miller menjelaskan pengertian
inovasi pendidikan sebagai berikut: ”To give more concreteness the universe
called”educationalinnovations” somesamples are described billow. They are
organized according to the aspect of a social systemwhich they appear to be
most clearlyassociated. In most cases social system involved should be taken to
be that of a school or cell although some innovations take place within the
context of many larger systems.”
Berikut
ini contoh-contoh inovasi pendidikan dalam setiap komponen pendidikan atau
komponen sistem sosial sesuai dengan yang dikemukakan oleh B. Miles, dengan
perubahan isi disesuaikan dengan perkembangan pendidikan dewasa ini.
a)
Pembinaan personalia.
Pendidikan
yang merupakan bagian dari sistem sosial tentumenentukan personal (orang)
sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai dengan komponen personel misalnya:
peningkatan mutu guru, sistem kenaikan pangkat, aturan tata tertib siswa, dan
sebagainya.
b)
Banyaknya personal dan wilayah kerja.
Sistem sosial tentu menjelaskan tentang berapa
jumlah personalia yang terikat dalam sistem serta dimana wilayah kerjanya.
Inovasi pendidikan yang relevan dengan aspekini misalnya: berapa ratio guru
siswa pada satu sekolah dalam sistem PAMONG pernah diperkenalkan ini dengan
ratio 1 : 200 artinya satu guru dengan 200 siswa). Misalnya disuatu sekolah
satuguru dengan 27siswa, perubahan besar wilayah kepemilikan, dan sebagainya.
c)
Fasilitas fisik.
Sistem sosial termasuk juga sistem pendidikan
mendayagunakan berbagai sarana dan hasil teknologi untuk mencapai tujuan.
Inovasi pendidikan yang sesuai dengan komponen ini misalnya: perubahan bentuk
tempat duduk (satu anak satu kursi dan satu meja), perubahan pengaturan dinding
ruangan (dinding batas antar ruang dibuat yang mudah dibuka, sehingga pada
diperlukan dua ruangan dapat disatukan), perlengkapan perabot laboratorium
bahasa, dan sebagainya.
d)
Penggunaan waktu.
Suatu sistem pendidikan tentu memiliki perencanaan
penggunaan waktu. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya: pengaturan
waktu belajar (semester, catur wulan, pembuatan jadwal pelajaran yang dapat
memberi kesempatan mahasiswa untuk memilih waktu sesuai dengan keperluannya,
dan sebagainya.
e)
Perumusan tujuan.
Sistem pendidikan tentu memiliki rumusan tujuan yang
jelas. Inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya: perubahan tujuan
tiap jenis sekolah (rumusan tujuan SMP, SMA disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan tantangan kehidupan), perubahan rumusan tujuan pendidikan nasional
dan sebagainya.
f)
Prosedur.
Sistem pendidikan tentu mempunyai prosedur untuk
mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang relevan dengan komponen ini misalnya:
penggunaan kurikulum baru, cara membuat persiapan mengajar, pengajaran
individual, pengajaran kelompok, dan sebagainya.
g)
Peran yang diperlukan.
Dalam sistem sosial termasuk sistem pendidikan diperlukan
kejelasan peran yang diperlukan untuk melancarkan jalannya pencapaian tujuan
inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya: peran guru sebagai
pemakaimedia (maka diperlukan keterampilan menggunakan berbagai macam media),
peran guru sebagai pengelola kegiatan kelompok, guru sebagai anggota team
teaching, dan sebagainya.
h)
Wawasan dan perasaan.
Dalam interaksisosial biasanya berkembang suatu
wawasan dan perasaan tertentu yang akan menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Kesamaan wawasan dan perasaan dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan
pendidikan yang sudah ditentukan akan mempercepat tercapainya tujuan. Inovasi
yang relevan dengan bidang ini misalnya: wawasan pendidikan seumur hidup,
wawasan pendekatan keterampilan proses, perasaan cinta pada pekerjaan guru,
kesediaan berkorban, kesabaran sangat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan
kurikulum yang disempurnakan, dan sebagainya.
i)
Bentuk hubungan antar bagian (mekanisme
kerja).
Dalam
sistem pendidikan perlu ada kejelasan hubungan antara bagian ataumekanisme
kerja antara bagian dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan. Inovasi
yang relevan dengan komponen ini misalnya: diadakan perubahan pembagian tugas
antara seksi di kantor departemen pendidikan dan mekanisme kerja antar seksi, di
perguruan tinggi diadakan perubahan hubungan kerjaantara jurusan, fakultas, dan
biro registrasi tentang pengadministrasian nilai mahasiswa, dan sebagainya.
j)
Hubungan dengan sistem yang lain.
Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam beberapa
hal harus berhubungan atau bekerja sama dengan sistem yang lain. Inovasi yang
relevan dengan bidang ini misalnya: dalam pelaksanaan usaha kesehatan sekolah
bekerjasama atau berhubungan dengan Departemen Kesehatan, data pelaksanaan KKN
harus kerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat, dan sebagainya.
k)
Strategi.
Yang dimaksud dengan strategi dalam hal ini ialah
tahap-tahap kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi
pendidikan. Adapun macam dan pola strategi yang digunakan sangat sukar untuk
diklasifikasikan, tetapi secara kronologis biasanya menggunakan pola urutan
sebagai berikut:
1)
Desain.
Ditemukannya
suatu inovasi dengan perencanaan penyebarannya berdasarkan suatu penelitian dan
obeservasi atau hasil penilaian terhadap pelaksanaan sistem pendidikan yang sudah
ada.
2)
Kesadaran dan perhatian.
Suatu
potensi yang sangat menunjang berhasilnya inovasi ialah adanya kesadaran dan
perhatian sasaran inovasi (baik individu maupun kelompok) akan perlunya
inovasi. Berdasarkan kesadaran itu mereka akan berusaha mencari informasi
tentang inovasi.
3)
Evaluasi.
Para
sasaran inovasi mengadakan penilaian terhadap inovasi tentang kemampuannya
untuk mencapai tujuan, tentang kemungkinan dapat terlaksananya sesuai dengan
kondisi situasi, pembiayaannya dan sebagainya.
4)
Percobaan.
Para
sasaran inovasi mencoba menerapkan inovasi untuk membuktikan apakah memang
benar inovasi yang dinilai baik itu dapat diterapkan seperti yang diharapkan.
Jika ternyata berhasil maka inovasi akan diterima dan terlaksana dengan
sempurna sesuai strategi inovasi yang telah direncanakan.
b.
Difusi
Inovasi Pendidikan
Secara
umum, difusi inovasi sebagai penyebarluasan dari gagasan inovasi tersebut
melalui prose komunikasi yang dilalukan dengan menggunakan saluran tertentu
dalam suatu rentang waktu tertentu diantara anggota sistem sosial dalam
masyarakat.
Everett
M. Rogers (1983), menyebutkan difusi sebagai proses untuk mengomunikasikan
suatu inovasi kepada anggota suatu sistem sosial melalui saluran komunikasi
tertentu dan berlangsung sepanjang waktu. Sedangkan difusi inovasi dimaknakan
sebagai penyebarluasan gagasan inovasi tersebut melalui suatu proses komunikasi
yang dilakukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam rentang waktu tertentu
di antara anggota sistem sosial masyarakat.
Rogers
membedakan antara sistem difusi sentralisasi dan sistem difusi desentralisasi.
Dalam sistem difusi sentralisasi, penentuan tentang berbagai hal seperti: kapan
dimulainya difusi inovasi, dengan saluran apa, siapa yang akan menilai
hasilnya, dan sebagainya, dilakukan oleh sekelompok kecil orang tertentu atau
pimpinan agen pembaharu. Sedangkan dalam sistem difusi desentralisasi,
penentuan itu dilakukan oleh klien (warga masyarakat) bekerja sama dengan
beberapa orang yang telah menerima inovasi. Dalam pelaksanaan sistem difusi
desentralisasi yang secara ekstrim tidak perlu ada agen pembaharuan.Warga
masyarakat itu sendiri yang bertanggung jawab terjadinya difusi inovasi.
c.
Elemen
Difusi Inovasi
Rogers
mengemukakan ada 4 elemen pokok difusi inovasi, yaitu: (1) inovasi, (2)
komunikasi dengan saluran tertentu, (3)waktu, dan (4) warga masyarakat (anggota
sistem sosial). Untuk jelasnya setiap elemen diuraikan sebagai berikut:
a.
Inovasi
Inovasi
ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai suatu yang baru
bagi seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil invensi atau diskoveri
yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu. Baru di sini diartikan mengandung
ketidak tentuan (uncertainty), artinya sesuatu yang mengandung berbagai
alternatif.Sesuatu yang tidak tentu masih terbuka berbagai kemungkinan bagi
orang yang mengamati, baik mengenai arti, bentuk, manfaat, dan
sebagainya.Dengan adanya informasi berarti mengurangi ketidak tentuan tersebut,
karena dengan informasi itu berarti memperjelas arah pada satu alternatif
tertentu.
b.
Komunikasi dengan saluran tertentu
Komunikasi
dalam difusi inovasi ini diartikan sebagai proses pertukaran informasi antara
anggota sistem sosial, sehingga terjadi saling pengertian antara satu dengan
yang lain. Difusi adalah salah satu tipe komunikasi yang menggunakan hal yang
baru sebagai bahan informasi.Inti dari pengertian difusi ialah terjadi
komunikasi (pertukaran informasi) tentang sesuatu hal yang baru (inovasi).
Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencakup hal-hal sebagai berikut: (1)
suatu inovasi, (2) individu atau kelompok yang telah mengetahui dan
berpengalaman dengan inovasi, (3) individu atau kelompok yang lain yang belum
mengenal inovasi, (4) saluran komunikasi yang menggabungkan antara kedua pihak
tersebut.
c.
Waktu
Waktu
adalah elemen yang penting dalam proses difusi, karena waktu merupakan aspek
utama dalam proses komunikasi. Tetapi banyak peneliti komunikasi yang kurang
memperhatikan aspek waktu, dengan bukti tidak menunjukkannya secara eksplisit
variabel waktu.Mungkin hal initerjadi karena waktu tidak secara nyata berdiri
sendiri terlepas dari suatu kejadian, tetapi waktu merupakan aspek dari setiap
kegiatan.
2.
2 Pengertian
Proses Inovasi Pendidikan
Proses inovasi pendidikan adalah serangkaian aktivitas
yang dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai sadar tahu adanya inovasi
sampai menerapkan (implementasi) inovasi pendidikan. Kata proses mengandung
arti bahwa aktivitas itu dilakukan dengan memakan waktu dan setiap saat tentu
terjadi perubahan. Berapa lama waktu yang dipergunakan selama proses itu
berlangsung akan berbeda antara orang atau organisasi satu dengan yang lain
tergantung pada kepekaan orang atau organisasi terhadap inovasi. Demikian pula
selama proses inovasi itu berlangsung akan selalu terjadi perubahan yang
berkesinambungan sampai proses itu dinyatakan berakhir.
Dalam mempelajari proses inovasi para ahli mencoba
mengidentifikasi kegiatan apa saja yang dilakukan individu selama proses itu
berlangsung
serta perubahan apa yang terjadi dalam proses inovasi,maka hasilnya diketemukan
pentahapan proses inovasi seperti berikut:a)Beberapa Model Proses Inovasi Yang
berorientasi pada Individual, antara lain:
1.
Lavidge
& Steiner (1961): ·Menyadari
·Mengetahui
·Menyukai
·Memilih
·Mempercayai
·Membeli
2.
Colley (1961): ·Belum menyadari
·Menyadari
·Memahami
·Mempercayai
·Mengambil tindakan
3.
Rogers (1962): ·Menyadari
·Menaruh perhatian
·Menilai
·Mencoba
·Menerima (Adoption)
4.
Robertson (1971): ·Persepsi tentang
masalah
·Menyadari
·Memahami
·Menyikapi
·Mengesahkan
·Mencoba
·Menerima
·Disonansi
b) Beberapa Model
Proses Inovasi Yang Berorientasi pada Organisasi, antara lain:
1. Milo (1971): ·Konseptualisasi
·Tentatif adopsi
·Penerimaan Sumber
·Implementasi
·Institusionalisasi
2. Shepard (1967): ·Penemuan ide
·Adopsi
·Implementasi
3. Hage & Aiken
(1970): ·Evaluasi
·Inisiasi
·Implementasi
·Routinisasi
2.3 Tujuan Inovasi Pendidikan
Menurut
santoso (1974) tujuan utama inovasi, yakni meningkatkan sumber-sumber tenaga,
uang dan sarana termasuk struktur dan prosedur organisasi. Tujuan inovasi
pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas :
sarana serta jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya dengan hasil pendidikan
sebesar-besarnya (menurut kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat dan
pembangunan) dengan menggunakan sumber, tenaga, uang, alat dan waktu dalam
jumlah yang sekecil-kecilnya.
Adapun tujuan inovasi pendidikan pada umumnya adalah :
a) Lebih meratanya pelayanan pendidikan.
b) Lebih serasinya kegiatan belajar.
c) Lebih efisien dan ekonomisnya pendidikan.
d) Lebih efektif dan efisiensinya sistem penyajian.
e) Lebih lancar dan sempurnanya sistem informasi
kebijakan.
f) Lebih dihargainya unsur kebudayaan nasional.
g) Lebih kokohnya kesadaran, identitas dan kesadaran
nasional.
h) Tumbuhnya masyarakat gemar belajar.
i) Tersebarnya paket pendidikan yang memikat, mudah
dicerna dan mudah diperoleh.
j) Meluasnya kesempatan kerja.
2.4Inovasi
Pendidikan di
Sekolah
a) Inovasi harus berlangsung di sekolah guna
memperoleh hasil yang terbaik dalam mendidik siswa.
b) Ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah
adalah guru.
c) Oleh karena itu guru harus mampu menjadi seorang
yang inovatif guna menemukan strategi atau metode yang efektif untuk mendidik.
d) Inovasi yang dilakukan guru pada intinya berada
dalam tatanan pembelajaran yang dilakukan di kelas.
e) Kunci utama yang harus dipegang guru adalah bahwa
setiap proses atau produk inovatif yang dilakukan dan dihasilkannya harus mengacu
kepada kepentingan siswa.
2.5
Faktor-Faktor yang Mesti Diperhatikan dalam Inovasi
Pendidikan
a) Guru
Guru adalah orang yang sanagat berpengaruh orang yang
sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus
betul-betul membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai. Guru harus mampu
mempengaruhi siswanya. Guru harus berpandangan luas dan kriteria bagi seorang
guru ialah harus memiliki kewibawaan karena dapat memberikan suatu kekuatan
yang dapat memberikan kesan dan pengaruh.Dengan uraian di atas dapat
dikemukakan bahwa untuk mengadakan pembaharuan dalam pendidikan, kita harus
meningkatkan profesionalisme guru.
b) Siswa
Siswa merupakan objek utama dalam proses belajar
mengajar. Siswa dididik oleh pengalaman belajar mereka, dan kualitas
pendidikannya bergantung pada pengalamannya, kualitas pengalaman-pengalaman,
sikap-sikap, temasuk sikap-sikapnya pada pendidikan.Dan belajar dipengaruhi
oleh orang yang dikaguminya. Oleh karena itu, dalam mengadakan pembaharuan
pendidikan, kita harus memperhatikannya dari segi murid karena murid merupakan
objek yangakan diarahkan.
c) Fasilitas
Proses belajar mengajar akan berjalan lancer kalau
ditunjang oleh sarana yang lengkap. Oleh karena masalah fasilitas merupakan
masalah yang esensial dalam pendidikan, maka dalam pembaharuan pendidikan kita
harus serempak pula memperbaharui mulai dari gedung sekolah sampai kepada masalah yang paling dominan, yaitu alat peraga
(sebagai penjelasan dalam penyampaikan pendidikan).
d) Program atau Tujuan
Dalam proses belajar mengajar kita harus mempunyai
tujuan yang jelas. Kita harus meniliti apa tujuan pendidikan nasional kita, apa
pula tujuan institusionalnya, kurikulernya sampai kepada tujuan yang sangat
sepesifik sekali telnologi informasi dan komunikasi.
Dalam pembaharuan pendidikan tidak akan berhasil kalau
mengenyampingkan masalah tujuan. Sebaliknya dengan memperjelas tujuan akan
lebih mudahlah kepada apa yang akan dilakukan.
e) Kurikulum
Kurikulum dalam arti yang luas adalah yang meliputi
seluruh program dan kehidupan dalam sekolah.Kurikulum sekolah dapat dipandang
sebagai bagian dari kehidupan.Oleh karena itu, kurikulum berpengaruh sekali
kepada maju mundurnya pendidikan.Apabila kita mengadakan suatu inovasi dalam
pendidikan, kita harus memperhatikan kurikulum yang sudah dirumuskan.Kalau
pendidikan diperbaharui, maka sudah barang tentu (otomatis) kurikulumnya pun
harus berubah.Kita tidak bisa mengadakan pembaharuan tanpa perubahan pada
kurikulum.
f) Lingkup Sosial Masyarakat
Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang
tidak secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa
dampak, baik positif maupun negatif, dalam pelaksanaan pembahruan
pendidikan.Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun
tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yangingin dilakukan dalam
pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik teutama masyarakat
di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya,
inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka
tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi
pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam
pelaksanakan inovasi pendidikan.
g) Kreatifitas
Penyatuan pengetahuan dari berbagai bidang pengalaman
yang berlaianan untuk menghasilkan ide-ide baru dan lebih baik,
di antaranya: a) Penemuan
masalah.
b) Persiapan.
c) Pengendapan.
d) Wawasan.
e) Taktik.
Mengembangkan Kreativitas:
a) Imajinasi – intensif.
b) Keleluasaan-kebebasan pikiran.
c) Gila/aneh.
d) Hubungan antara objek - melahirkan ide-ide.
Metode Mengajar Guru
Memiliki kompetensi : (Pedagogi, Profesional,
Individual, dan Sosial), seperti
a) Planning Instruction
b) Implementing Instructions
c) Performing Administrative Duties
d) Communicating
e) Development Personal Skills
f) Developing Pupil Self
h) Siklus Inovasi
i) Kegagalan Dalam Inovasi,
antara lain:
1) Definisi tujuan yang buruk.
2) Buruknya mensejajarkan aksi untuk mencapai tujuan.
3) Buruknya partisipasi anggota tim.
4) Buruknya pengawasan produk.
5) Buruknya komunikasi dan akses informasi.
6)
Masalah-masalah yang menuntut
diadakan inovasi.
v
Bertambahnya
jumlah penduduk yang sangat cepat dan sekaligus bertambahnyakeinginan
masyarakat untuk mendapatkanpendidikan yang secara kumulatif menuntut
tersedianya sarana pendidikan yang memadai.
v
Berkembangnya
ilmu pengetahuan yang modern menghendaki dasar-dasar pendidikan yang kokoh dan
penguasaan kemampuan terus menerus dan dengan demikian menuntut pendidikan yang
lebih lama sesuai dengan konsep pendidikan seumur hidup (long education).
v
Berkembangnya
tekhnologi yang mempermudah manusia dalam menguasai dan memanfaatkan alam dan
lingkungannya, tetapi yang sering kali ditangani sebagai suatu ancaman terhadap
kelestarian peranan manusiawi.
Tantangan-tantangan di atas lebih berat lagi dirasakan
karena berbagai persoalan datang baik dari luar maupun dari dalam system
pendidikan itu sendiri, yaitu di antaranya :
v
Sumber-Sumber
yang makin terbatas dan belum dimanfaatkannya sumber yang ada secara efektif
dan efisien.
v
Sistem
pendidikan yang masih lemah dengan tujuan yang masih kabur, kurikulumnya belum
serasi, relevan, suasana belum menarik dan sebagainya.
v
Pengelolaan
pendidikan yang belum mekar dan mantap dan belum peka terhadap perubahan dan
tuntutan keadaan, baik masa kini maupun masa akan datang.
2.6
Kendala-Kendala dalam Inovasi Pendidikan
Kendala-kendala yang mempengaruhi keberhasilan usaha
inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum antara lain adalah :
a) Perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi.
b) Konflik dan motivasi yang kurang sehat.
c) Lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga
mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan.
d) Keuangan (finacial) yang tidak terpenuhipenolakan
dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi.
e) Kurang adanya hubungan sosial dan publikasi
(Subandiyah 1992:81).
Untuk menghindari masalah-masalah tersebut di atas,
dan agar mau berubah terutama sikap dan perilaku terhadap perubahan pendidikan
yang sedang dan akan dikembangkan, sehinga perubahan dan pembaharuan itu
diharapkan dapat berhasil dengan baik, maka guru, administrator, orang tua
siswa,dan masyarakat umumnya harus dilibatkan.
2.7
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Proses Inovasi Pendidikan
Motivasi yang mendorong perlunya diadakan inovasi
pendidikan jika dilacak biasanya bersumber pada dua hal yaitu:
v
Kemauan
sekolah (lembaga pendidikan) untuk mengadakan respon terhadap tantangan
kebutuhan masyarakat, dan
v
Adanya
usaha untuk menggunakan sekolah (lembaga pendidikan)untuk memecahkan masalah
yang dihadapi masyarakat. Antara lembaga pendidikan dan sistem sosial terjadi
hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Agar dapat lebih memahami tentang
perlunya perubahan pendidikan atau kebutuhan adanya inovasi pendidikan dapat
kita gali dari tiga hal yang sangat besar pengaruhnya terhadapkegiatan
disekolah,yaitu:
1)
Faktor
kegiatan belajar mengajar yang menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan
kegiatan belajar mengajar ialah kemampuan guru sebagai tenaga profesional. Guru
sebagai tenaga yang telah dipandang memiliki keahlian tertentu dalam bidang
pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk mengelola kegiatan belajar
mengajar agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu terjadinya perubahan
tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan institusional
yang telah dirumuskan. Tetapi dalam pelaksanaan tugas pengelolaan kegiatan
belajar mengajar terdapat berbagai faktor yang menyebabkan orang memandang
bahwa pengelolaan kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan yang kurang
profesional, kurang efektif, dan kurang perhatian.Sebagai alasan mengapa orang
memandang tugas guru dalam mengajar mengandung banyak kelemahan tersebut,
antara lain dikemukakan bahawa:
·
Keberhasilan
tugas guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh
hubungan interpersonal antara guru dengan siswa. Dengan demikian maka
keberhasilan pelaksanaan tugas tersebut, juga sangat ditentukan oleh pribadi
guru dan siswa. Dengan kemampuan guru yang sama belum tentu menghasilkan
prestasi belajar yang sama jika menghadapi kelas yang berbeda, demikian pula
sebaliknya dengan kondisi kelasyang sama diajar oleh guru yang berbeda belum
tentu dapat menghasilkan prestasi belajar yang sama, meskipun para guru
tersebut semuanya telah memenuhi persyaratan sebagai guru yang profesional.
·
Kegiatan
belajar mengajar di kelas merupakan kegiatan yang terisolasi. Pada waktu guru
mengajar dia tidak mendapatkan balikan dari teman sejawatnya. Kegiatan guru di
kelas merupakan kegiatan yang terisolasi dari kegiatan kelompok. Apa yang
dilakukan guru di kelas tanpa diketahui oleh guru yang lain.Dengan demikian
maka sukar untuk mendapatkan kritik untuk pengembangan profesinya. Ia
menganggap bahwa yang dilakukan sudah merupakan cara yang terbaik.
·
Berkaitan
dengan kenyataan di atas tersebut, maka sanagat minimal bantuan teman sejawat
untuk memeberikan bantuan saran atau kritik guna peningkatan kemampuan
profesionalnya. Apa yang dilakukan guru di kelas seolah-olah sudah merupakan
hak mutlak tanggung jawabnya, orang lain tidak boleh ikut campur tangan.
Padahal apa yang dilakukan mungkin masih banyak kekurangannya.
·
Belum
ada kriteria yang baku tentang bagaimana pengelolaan kegiatan belajar mengajar
yang efektif. Dan memang untuk membuat kriteria keefektifan proses belajar
mengajar sukar ditentukan karena sangat banyak variabel yang ikut menentukan
keberhasilan kegiatan belajar siswa. Usaha untuk membuat kriteria tersebut
sudah dilakukan misalnya dengan digunakannya APKG (Alat Penilai Komptensi
Guru).
·
Dalam
melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar, guru menghadapi
sejumlah siswa yang berbeda satu dengan yang lain baik mengenai kondisi fisik,
mental intelektual, sifat, minat, dan latar belakang social ekonominya. Guru
tidak mungkin dapat melayani siswa dengan memperhatikan perbedaan individual
satu dengan yang lain,dalam jam jam pelajaran yang sudah diatur dengan jadwal
dan dalam waktu yang sangat terbatas.
·
Berdasarkan
data adanya perbedaan individual siswa, tentunya lebih tepat jika pengelolaan
kegiatan belajarmengajar dilakukan dengan cara yang sangat fleksibel, tetapi
kenyataannya justru guru dituntut untuk mencapai perubahan tingkah laku yang
sama sesuai dengan ketentuan yang telah dirumuskan. Jadi anak yang berbeda
harus diarahkan menjadi sama. Jika guru tidak dapat mengatasi masalah ini dapat
menimbulkan anggapan diragukan kualitas profesionalnya.
·
Guru
juga menghadapi tantangan dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya, yaitu tanpa adanya keseimbangan antara kemampuan dan
wewenangnya mengatur beban tugas yang harus dilakukan, serta tanpa bantuan dari
lembaga dan tanpa adanya insentif yang menunjang kegiatannya. Ada kemauan guru
untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya, mungkin dengan cara belajar
sendiri atau mengikuti kuliah di perguruan tinggi, tetapi tugas yang harus
dilakukan masih terasa berat, jumlah muridnya dalam satu kelas 50 orang, masih
ditambah tugas administratif, ditambah lagi harus melakukan kegiatan untuk
menambah penghasilan karena gaji pas-pasan, dan masih banyak lagi faktor yang
lain. Jadi program pertumbuhan jabatan atau peningkatan profesi guru mengalami
hambatan.
·
Guru
dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar mengalami
kesulitan untuk menentukan pilihan mana yang diutamakan karena adanya berbagai
macam tuntutan. Dari satu segi meminta agar guru mengutamakan keterampilan
proses belajar, tetapi dari sudut lain dia dituntut harusmenyelesaikan sajian
materi kurikulum yang harus diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan, karena menjadi bahan ujian negara/nasional. Demikian pula dari satu
segi guru dituntut menekankan perubahan tingkah laku afektif, tetapi dalam evaluasi hasil belajar
yang dipakai untuk menentukan kelulusan siswa hanya mengutamakan aspek
kognitif.
2)
Faktor
Internal dan Eksternal
Faktor internal yang mempengaruhi pelaksanaan sistem
pendidikan dan dengan sendirinya juga inovasi pendidikan ialah siswa. Siswa
sangat besar pengaruhnya terhadap proses inovasi karena tujuan pendidikan untuk
mencapai perubahan tingkah laku siswa. Jadi siswa sebagai pusat perhatian dan
bahan pertimbangan dalam melaksanakan berbagaimacamkebijakan pendidikan.
Faktor eksternal yang mempunyai pengaruh dalam proses
inovasi pendidikan ialah orang tua. Orang tua murid ikut mempunyai peranan
dalam menunjang kelancaran proses inovasi pendidikan, baik ia sebagai penunjang
secara moral membantu dan mendorong kegiatan siswa untuk melakukan kegiatan
belajar sesuai dengan yang diharapkan sekolah,maupun sebagai penunjang
pengadaan dana.
Para ahli pendidik (profesi pendidikan) merupakan
faktor internal dan juga faktor eksternal, seperti: guru, administrator
pendidikan, konselor, terlibat secara langsung dalam proses pendidikan di
sekolah. Ada juga para ahli yang di luar organisasi sekolah tetapi ikut
terlibat dalam kegiatan sekolah seperti: para pengawas, inspektur, pemilik
sekolah, konsultan, dan mungkin juga pengusaha yang membantu pengadaan
fasilitas sekolah. Demikian pula para panatar guru, staf pengembangan dan penelitian
pendidikan, para guru besar, dosen, dan organisasi persatuan guru, juga
merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan sistem
pendidikan atau inovasi pendidikan.Namun apakah mereka termasuk factor
internal atau eksternal agak
sukar dibedakan, karena guru sebagai faktor internal tetapi juga menjadi
anggota organisasi persatuan guru, yang dapat dipandang sebagai faktor
eksternal.
v
Sistem
Pendidikan (Pengelolaan dan Pengawasan)
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah diatur dengan
aturan yang dibuat oleh pemerintah.Penanggung jawab sistem pendidikan di
Indonesia adalah Departemen Pendidikan Nasional yang mengatur seluruh sistem
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan.
Dalam kaitan dengan adanya berbagai macam aturan dari pemerintah tersebut
maka timbul permasalahan sejauh mana batas kewenangan guru untuk mengambil
kebijakan dalam melakukan tugasnya dalam rangka menyesuaikan dengan kondisi dan
situasi setempat.Demikian pula sejauh mana kesempatan yang diberikan kepada guru
untuk meningkatkan kemam puan profesionalnya guna menghadapi tantangan kemajuan jaman.
2. 8 Beberapa Upaya dalam Inovasi Pendidikan
a) Sistem PAMONG
Perkataan PAMONG sendiri adalah singkatan
dari Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang Tua dan Guru dan
telah dipergunakan sejak kegiatan pencarian alternative atau pelengkap bagi pendidikan dasar pada umumnya,
proyek ini berawal dari proyek kerjasama antara BP3K Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dengan SEAMO Regional “Innotech Centre” (Innovation and Educational
Technology) pada tahun 1974-1979. Lokasi proyek ini terletak di Solo, Jawa
Tengah.Pada dasarnya systemini mengetengahkan peranan baru bagi guru dari
pengajaran di muka kelas menjadi pengelola kegiatan belajar. Sebagai pengelola
ia harus dapat meningkatkan kemampuannya,sehingga tidak lagi terbatas pada
jumlah 40 orang murid yang di hadapi seperti lazimnya, tetapi diharapkan mampu
mengelola antara 80-100 orang. Murid-murid belajar sendiri dengan menggunakan
modul yaitu suatu satuan pengajaran yang tercetak, dimana pelajaran telah
tersusun dan terprogram sedemikian rupa meliputi tujuan pengajarn, informasi
bahan, latihan dan riset, serta kegiatan praktikum, tes dan umpan balik, serta ujian. Sehingga modul itu “ dapat
mengajar sendiri” Dengan demikian guru dapat mengalihkan kegiatan mengajar
menjadi supervise dan memberikan konsultasi kepada murid-murid.
Salah satu prinsip sistem SD PAMONG adalah bahwa belajar dapat
berlangsung di berbagai tempat, artinya sistem SD PAMONG berusaha untuk mengubah pandangan bahwa
belajar hanya dapat terjadi di dalam gedung sekolah dan bahwa jika anak putus
sekolah juga berarti putus belajar. Dengan demikian sistem SD PAMONG di samping merupakan usaha
serta kegiatan lain untuk meningkatkan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan, juga berusaha menciptakan wadah dan kesempatan bagi anak yang
karena satu dan lain hal; terpaksa tidak dapat belajar disekolah biasa.
b) Kuliah Kerja Nyata
(KKN)
Tujuan proyek KKN
adalah melengkapi para mahasiswa dengan pengalaman praktis tentang kebutuhan
dan masalah pembangunan masyarakat pedesaan, serta penyediaan tenaga kerja
terdidik untuk pembangunan di 58.000 desa yang tersebar di seluruh Indonesia.
Rencana tersebut dimulai tahun 1971 atau 1972 oleh 3 universitas yang merintis
melaksanakan proyek tersebut. Mnurut rencana tahun 1975 atau 1976 sebanyak 28
Lembaga Pendidikan Tinggi sudah bergiat dengan KKN dan selanjutnya seluruh
mahasiswa di tingkat terakhir kurang lebih sebanyak 23.000 orang setahunnya
akan terlibat kegiatan KKN. Jelas bahwa KKN akan menyediakan tenaga-tenaga
akademik yang terampil, berpengalaman langsung secara praktis tentang kebutuhan
dan masalah pembangunan masyarakat pedesaan dan bukan sekedar berpengetahuan
teori dari bangku kuliah saja.
c) Program Penerimaan
Bakat
Proyek ini bertujuan
untuk membantu murid dan mahasiswa yang berbakat serta berprestasi tinggi dalam
belajar.Bantuan dan beasiswa diberikan kepada pelajar di setiap jenis dan
tingkat pendidikan.Adapun persyaratan untuk memperoleh beasiswa ialah mahasiswa
yang mempunyai bakat yang menonjol, berprestasi tinggi tetapi ekonominya lemah. Penilaian didasarkan atas
prinsip kesempatan yang sama dan dilaksanakan secara sektoral. Selain beasiswa, program ini juga
memberikan bantuan dalam bentuk buku-buku dan sebagainya.Kini di Indonesia
telah terdapat berbagai badan yang memberikan beasiswa kepada siswa-siswa,
seperti Supe Semar yang dalam REpelita selanjutnya memberikan bantuan khusus
kepada anak yang berbakat istimewa.
d) Proyek Pendidikan
Guru
Proyek ini sebagai
bagian dari suatu kerangka menyeluruh dari karir guru, tidak hanya meliputi
pendidikannya tetapi juga pengabdiannya terhadap masyarakat dan pendidikan
profesionalisme yang didukung oleh suatu penelitian.Tujuan proyek ini ialah
dimilikinya lembaga pendidikan guru untuk segala jenis dan tingkat, baik yang
bersifat in-service maupun pre-service yang terkoordinsasi dalam suatu jaringan
yang saling mengisi. Proyek tersebut direncanakan akan mampu mendorong secara
mantap perkembangan pendidikan guru, baik secara kualitatif maupun kuantitatif,
terutama kurikulumnya. Oleh karena itu, proyek akan menyusun suatu rencana
kemudian mengujinya, jika diperlukan akan diadakan perubahan penyempurnaan
terhadap disain tersebut sehingga guru-guru mampu melaksanakan tugasnya sesuai
dengan kurikulum yang baru. Selain itu proyek ini akan menggunakan pendekatan
dan metode pendidikan guru secara konsisten sesuai dengan sekolah-sekolah yang
bersangkutan.
e) Model Pembaharuan
pada Sekolah Menengah Umum
Kegiatan konsultasi untuk pengembangan
model Sekolah Menengah Umum yang semula adalah untuk menciptakan beberapa
sekolah model untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus. Namun, kemudian tim
konsultan ditugaskan untuk menangani kegiatan ini bersama-sama dengan staf
Dikmenum dan semua menyetujui bahwa konsep sekolah model yang lama tidak
efektif dalam melaksanakan pengembangan sekolah. Konsep baru bagi model
“pengembangan sekolah” telah didiskusikan oleh para konsultan Internasional,
konsultan Nasional dan staf Dikmenum. Konsep “model” yang tradisional
bergantung kepada gambaran sekolah yang sangat baik dan memperolehtambahan
input (uang, pelatihan, fasilitas dan sumber pembelajaran) menciptakan adanya
model yang bagus yang akan ditiruoleh sekolah lain. Masalah yang terlihat jelas
untuk pendekatan ini adalah bahwa sekolah biasa akan sulit untuk diubah menjadi
sekolah yang bagus apalagi menjadi sekolah model. Masalah kedua adalah apabila
input yang sama tidak diterapkan pada sekolah biasa, peniruan model tidak akan
difasilitasi.
Sebagai alternatif,
mereka yang terlibat dalam sekolah model memilih untuk merencanakan langkah
yang berbeda dalam pembuatan konsep pengembangan sekolah “model”. Kunjungan ke
beberapa sekolah di wilayahyang berbeda oleh para konsultan membawa hasil akan kayanya
informasi mengenai prakarsa Sekolah Menengah Umum yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan sekolah setempat. Usaha inovatif ini menunjukkan bahwa kemampuan
untuk meningkatkan mutu sekolah basisnya ada pada tingkat sekolah.Dari sini
jelas sekali terlihat oleh para konsultan, bahwa sekolah yang mengalami
peningkatan dan pengembangan adalah yang dapat mewakili model pengembangan
sekolah. Fokusnya adalah pada “proses” yang dialami oleh sekolah ketika mutu
pendidikan meningkat.
Salah satu keuntungan
dari model ini adalah apabila sekolah sudah mencapai tingkat-tingkat komunikasi
terbuka yang optimal dan pengambilan keputusan bersama, sekolah dapat menjadi
mandiri.Hal ini secara tidak langsung menyatakan bahwa kepala sekolah berfungsi
sebagai koordinator pada fungsi sekolah yang berbeda.Masalah utama adalah arah
pengembangan sekolah dan identifikasi sumber keuangan untuk membantu
pengembangan sekolah yang dapat berjalan terus menerus dalam kegiatan kepala
sekolah.Dalam sistem pendidikan di mana kepala sekolah secara periodik diganti,
pendekatan ini membuat pengembangan sekolah dapat tetap dilanjutkan meskipun
kepala sekolah yang baru, baru diperkenalkan dengan sekolahnya.
Model ini merupakan tinjauan yang
menyeluruh terhadap semua yang terlibat dalam proses pengembangan kondisi untuk
pembaharuan di sekolah. Ketika Sekolah Menengah Umum berjalan menuju
peningkatan mutu berbasis sekolah) hal ini menunjukkan kepada sekolah bahwa
proses pengembangan akan tercapai.
f) Sistem KBK dalam
Perkuliahan
Tuntutan KBK, bagi dosen mampu
memformulasikan komponen desain instruksional, penguasaan materi dan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sarana
pembelajaran yang terintegrasi dalam upaya mengembangkan semua potensi
mahasiswa. Konsekuensinya, inovasi dan kreatifitas dosen dalam mengembangkan
model-model pembelajaran sangat dibutuhkan dalam rangka menghasilkan peserta
didik yang sanggup bersaing di era globalisasi.
Salah satu model yang
berkembang melalui problem based learning (PBL), bersifat dinamis berbasis
pemecahan masalah, interaktif dan kemajuan belajar yang didasarkan pada
penguasaan kompetensi serta produktif Sebagai dasar acuannya. Untuk itu,
hendaknya dosen pertama, memfasilitasi sumber belajar baik berupa buku rujukan,
hand-out kuliah, journal, bahan kuliah yangberasal dari hasil penelitian dan
waktu yang memadai kepada peserta belajar.Kedua, memotivasi mahasiswa dengan
memberi perhatian cukup kepada mahasiswa.Memberi materi yang relevan dengan
tingkat kemampuan mahasiswa dan dengan situasi yang kontektual. Memberi
semangat dan kepercayaan padamahasiswa bahwa ia dapat mencapai kompetensi yang
diharapkan. Memberi kepuasan pada mahasiswa terhadap pembelajaran yang kita
jalankan.Ketiga, memberi tutorial yakni pada tataran menunjukkan jalan/cara/
metode yang dapat membantu mahasiswa menelusuri dan menemukan penyelesaian
masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran.Keempat, memberi umpan balik
sebagai bentuk monitoring dan mengkoreksi jalan pikiran/hasil kinerjanya agar
mencapai sasaran yang optimum sesuai kemampuannya.
BAB III
DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA
3.1
Deskripsi Data
Hasil yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian di
lapangan yaitu SMA Negeri 4 Banjarmasin adalah profil sekolah, daftar hadir
peserta didik kelas IPS, daftar nilai,
dan RPP guru yang digunakan dalam semester ini pada kelas X, XI, dan XII IPS
semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017.
Berikut ini adalah profil SMA Negeri 4 Banjarmasin
Nomor Statistik :
201156004017
Alamat :
Jl. Teluk Tiram Darat, No.16, Telawang, Banjarmasin
Barat, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Kode Pos :
70113
Telepon :
(+62511) 4368141
Wilayah :
Perkotaan
Status :
Negeri/ Pemerintah Daerah
SK :
MENDIKBUD No. 0436/0/1977
Penerbit :
MENDIKBUD
Tahun Berdiri :
1977-10-10
Tahun Penegerian :
1977-10-10
KBM : Pagi
Bangunan :
Milik Sendiri
Jarak ke Pusat Kecamatan :
kurang lebih 6 km
Jarak ke Pusat Kota : kurang lebih 7 km
Lintasan :
Kota
Akreditasi :
A
NPSN (N)/NPSN (T) : 30304272
Data yang diperoleh merupakan hasil penelitian dengan
metode wawancara. Adapun jenis data yang diperoleh yaitu data primer, data yang
diperoleh langsung dari hasl wawancara, yang kedua adalah data sekunder, yaitu
data yang diberikan oleh guru mata pelajaran geografi di SMA Negeri 4
Banjarmasin. Data sekunder yang diperoleh antara lain absensi siswa pada mata
pelajaran geografi, nilai siswa pada mata pelajaran geografi, dan RPP guru mata
pelajaran geografi.
Populasi penelitian ini adalah sekolah SMA Negeri 4
Banjarmasin, sedangkan sampel penelitian ini yaitu kelas X, XI, dan XII jurusan
IPS, yang mana guru geografi di SMA Negeri 4 Banjarmasin sebagai responden.
Adapun data responden dalam penelitian ini, yaitu:
1.
Nama : Nurul Hayani
Lulusan : UNLAM tahun 204
Status : PNS
Telpon : 085249315865
Jabatan
: Guru mata pelajaran Geografi kelas
XII.
2.
Nama
: Teguh
Lulusan : Prodi Pendidikan Geografi FKIP UNLAM
tahun 2016
Status : Honorer (GTT)
Jabatan : Guru mata pelajaran Geografi kelas X dan XI
3.2
Analisis Data
1.
Absensi Siswa Tahun Pelajaran 2016/2017.
Data ini berupa
data absensi semua siswa kelas XII yang ada di SMA Negeri 4 Banjarmasin. Dalam
data ini terdiri atas nomor absen, nama siswa, nomor induk siswa, dan
keterangan. Berikut salah satu data absensi siswa yang ada di kelas XII IPS 3:
2.
Nilai Rapor Siswa
Data yang kedua yaitu nilai rapor siswa. Nilai rapor yang
diperoleh dari hasil penelitian di SMA Negeri 4 Banjarmasin ini ialah nilai
rapor siswa kelas X IPS 1 dan kelas XI semester 1 (ganjil) tahun pelajaran
2016/2017 pada mata pelajaran Geografi, tetapi tidak diketahui apakah data
tersebut merupakan daftar nilai rapor siswa kelas XI IPS 1 atau XI IPS 2 maupun
XI IPS 3 karena tidak ada keterangan yang lengkap dari data yang diberikan responden.
3.
RPP Guru Mata Pelajaran Geografi
Data ketiga yang
diberikan responden yaitu RPP mata pelajaran geografi baik kelas X, XI, dan
kelas XII pada jurusan IPS, pada proses pembelajaran kelas X dan kelas XI IPS
menggunakan kurikulum K13, sedangkan kelas XII IPS menggunakan KTSP.
Selanjutnya dalam pembahasan dapat diketahui memalui RPP yang dibuat oleh guru
mengenai inovasi pendidikan yang diterapkan di SMA Negeri 4 Banjarmasin.
BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1
Permasalahan Siswa di Kelas pada Mata Pelajaran Geografi
Menurut Bapak Teguh, guru mata pelajaran Geografi di
kelas X dan kelas XI jurusan IPS ada beberapa permasalahan yang dialami siswa
dalam proses pembelajaran, di antaranya yaitu:
1)
Dalam
motivasi belajar, di kelas X IPS hanya ada bebrapa yang termotivasi mayoritas
siswa lebih banyak membuat ramai dan gaduh.
2)
Untuk
materi dengan model pembelajaran ke lapangan permasalahannya siswa lebih banyak
ribut dari pada fokus dalam pembelajaran
Sedangkan menurut Ibu Nurul Hayani, guru mata pelajaran
Geografi di kelas XII IPS juga ada beberapa permasalahan dalam proses
pembelajaran, yaitu:
1)
Minat
belajar siswa kelas XII IPS berkurang. Hal ini dikarenakan siswa tertekan
dengan UN padahal saat kelas XI mereka masih bersemangat dalam belajar
geografi, tetapi saat kelas XII minat mereka menurun karena UN masih menjadi
momok bagi mereka.
2)
Pada
model pembelajaran, untuk mengendalikan pembelajaran setelah olah raga dengan
cara diberi waktu. Hal ini tentu akan memengkas waktu mata pelajaran geografi.
3)
Siswa
sulit diatur.
4)
Karakter
siswa suka berbohong.
5)
Ada
siswa yang mecontek.
4.2
Media Pembelajaran
yang Digunakan dalam Semester Ini
Media pembelajaran
secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang
dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaaan, perhatuan dan kemapuan
atau keterampilan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar.
Adapun media pembelajaran yang
telah digunakan guru dari RPP yang terapkan di kelas X, XI, dan XII IPS pada
mata pelajaran Geografi semester 1 (ganjil) tahun ajaran 2016/2017 di SMA
Negeri 4 Banjarmasin, yaitu:
Tabel
1.1 Media yang digunakan oleh guru mata pelajaran Geografi
No.
|
Nama Guru
|
Kelas Mengajar
|
Semester
|
Materi
|
Metode
|
1.
|
Teguh
|
XI
|
Ganjil
|
Biosfer
|
·
LCD
·
Spidol
·
Gambar (Flora
dan Fauna di muka bumi)
|
2.
|
Teguh
|
X
|
Ganjil
|
Keterampilan Geografi untuk Berbagai
Bidang Kehidupan
|
Gambar
, Papan tulis, Internet
|
3.
|
Teguh
|
X
|
Ganjil
|
Langkah Langkah Penelitian Geografi
|
Peta/
Atlas , Internet, PPT
|
4.
|
Teguh
|
X
|
Ganjil
|
Pengetahuan Dasar Pemetaan
|
Peta/
Atlas , Papan tulis,
Internet, Smartphone
|
5.
|
Teguh
|
X
|
Ganjil
|
Bumi Sebagai Ruang Kehidupan
|
Komputer/LCD/ White board/ Spidol
|
6.
|
Teguh
|
XI
|
Ganjil
|
Antroposfer
|
·
LCD
·
Spidol
·
Gambar
(fenomena antroposfer)
|
7.
|
Teguh
|
XI
|
Ganjil
|
Fenonemena Biosfer dan Antroposfer
|
·
LCD
·
Spidol
·
Gambar (Flora
dan Fauna di muka bumi)
|
8.
|
Teguh
|
X
|
Ganjil
|
Ruang Lingkup, Aspek, dan Objek Studi Geografi
|
Gambar , Papan tulis, Internet, Peta,
Lingkungan sekitar
|
9.
|
Teguh
|
X
|
Ganjil
|
Memahami Sumber Daya Alam
|
·
LCD
·
Spidol
·
Gambar
|
10.
|
Teguh
|
XI
|
Ganjil
|
Sumber Daya Alam
|
·
LCD
·
Spidol
·
Gambar
|
11.
|
Nurul Hayani
|
XII
|
Ganjil
|
Peta
|
LCD
|
12.
|
Nurul Hayani
|
XII
|
Ganjil
|
Pemetaan
|
LCD
|
13.
|
Nurul Hayani
|
XII
|
Ganjil
|
Memanfaatkan Peta
|
LCD
|
14.
|
Nurul Hayani
|
XII
|
Ganjil
|
Peta Citra dan
Penginderaan Jauh
|
LCD
|
Tabel
1.1 di atas dapat diketahui bahwa media pembelajaran paling dominan yang
digunakan di kelas X dan kelas XI IPS ialah LCD, gambar, papan tulis, internet,
PPT dan spidol dengan kurikulum K13. Hal ini menunjukkan bahwa guru mata
pelajaran geografi di SMA Negeri 4 Banjarmasin telah berinovasi dengan media
pembelajaran yang diterapkan di kelas X, XI, jurusan IPS. Hanya saja pada kelas
XII IPS guru masih menggunakan kurikulum KTSP dan media pembelajaran hanya
menggunakan LCD
Media gambar dikombinasikan dengan 2 atau lebih media
lainnya dalam pembelajaran di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa guru mencoba
menggabungkan media media pembelajaran biasa dengan media pada teknologi
pendidikan modern ini yang disesuaikan dengan kondisi sekolah, fasilitas, dan
keadaan siswa dengan berbagai karakteristiknya.
4.3
Model Pembelajaran
yang Digunakan dalam Semester Ini
Model pembelajaran ialah contoh pola atu struktur
pembelajaran siswa yang didesain, diterapkan, dievaluasi secara sistematis
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu
contoh bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru di kelas.
Adapun model
pembelajaran yang telah digunakan guru dari RPP yang terapkan di kelas X, XI,
dan XII IPS pada mata pelajaran Geografi semester 1 (ganjil) tahun ajaran
2016/2017 di SMA Negeri 4 Banjarmasin, yaitu:
Tabel 1.2 Model pembelajaran
yang digunakan oleh guru mata pelajaran Geografi
No.
|
Nama Guru
|
Kelas Mengajar
|
Semester
|
Materi
|
Metode
|
1.
|
Teguh
|
XI
|
Ganjil
|
Biosfer
|
a.
Ceramah.
b.
Tanya jawab.
c.
Life skills.
d.
Penugasan
|
2.
|
Teguh
|
X
|
Ganjil
|
Keterampilan Geografi untuk Berbagai
Bidang Kehidupan
|
Ceramah,
diskusi, tanya jawab, dan penugasan
|
3.
|
Teguh
|
X
|
Ganjil
|
Langkah Langkah Penelitian Geografi
|
Ceramah,
diskusi, tanya jawab dan penugasan
|
4.
|
Teguh
|
X
|
Ganjil
|
Pengetahuan Dasar Pemetaan
|
Ceramah, diskusi, tanya jawab dan
penugasan
|
5.
|
Teguh
|
X
|
Ganjil
|
Bumi Sebagai Ruang Kehidupan
|
Ceramah,
diskusi, tanya jawab dan penugasan
|
6.
|
Teguh
|
XI
|
Ganjil
|
Antroposfer
|
a.
Ceramah.
b.
Tanya jawab.
c.
Life skills.
d.
Penugasan
|
7.
|
Teguh
|
XI
|
Ganjil
|
Fenonemena Biosfer dan Antroposfer
|
a.
Ceramah.
b.
Tanya jawab.
c.
Examples Non Examples
|
8.
|
Teguh
|
X
|
Ganjil
|
Ruang Lingkup, Aspek, dan Objek Studi
Geografi
|
Ceramah, diskusi, tanya jawab, jigsaw,
talking stick dan penugasan
|
9.
|
Teguh
|
X
|
Ganjil
|
Memahami Sumber Daya Alam
|
a.
Ceramah.
b.
Tanya jawab.
c.
Life skills.
d.
Penugasan
|
10.
|
Teguh
|
XI
|
Ganjil
|
Sumber Daya Alam
|
a.
Ceramah.
b.
Tanya jawab.
c.
Life skills.
d.
Penugasan
|
11.
|
Nurul Hayani
|
XII
|
Ganjil
|
Peta
|
Tebak pelajaran
|
13.
|
Nurul Hayani
|
XII
|
Ganjil
|
Memanfaatkan Peta
|
Tebak pelajaran
|
14.
|
Nurul Hayani
|
XII
|
Ganjil
|
Peta Citra dan
PenginderaanJauh
|
Tebak pelajaran
|
Tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa metode
pembelajaran paling dominan yang digunakan di kelas X dan kelas XI IPS ialah
ceramah, tanya jawab, life skills, talking stick, dan penugasan dengan
kurikulum K13 pada kelas X dan kelas XI jurusan IPS. Hal ini menunjukkan bahwa
guru mata pelajaran geografi di SMA Negeri 4 Banjarmasin telah berinovasi
dengan metode pembelajaran yang diterapkan di kelas X, XI, jurusan IPS.
Sedangkan pada kelas XII IPS guru mata pelajaran geografi lebih dominan
menggunakan metode tebak pembelajaran dengan kurikulum KTSP.
Metode pembelajaran di kelas X dan kelas XI jurusan IPS
pada mata pelajaran Geografi dikombinasikan dengan 2 atau lebih metode lainnya
dalam pembelajaran di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa guru mencoba
menggabungkan teknik mengajar zaman dulu dengan zaman modern ini yang
disesuaikan dengan kondisi sekolah, fasilitas, dan keadaan siswa dengan
berbagai karakteristiknya.
BAB 1V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Permasalahan
dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran geografi di SMA Negeri 4
Banjarmasin yaitu di antaranya kelas dengan yang ribut, pembelajaran di kuar
kelas yang tidak fokus, hingga momok UN yang menurunkan motivasi belajar siswa
di kelas XII IPS.
Media
pembelajaran yang digunakan oleh guru mata pelajaran geografi dalam proses
pembelajaran sudah berinovasi, seperti pada kelas X dan kelas XI IPS yang
menggunakan kurikulum K13 dengan beragam media pembelajaran. Sedangkan kelas
XII IPS hanya dominan menggunakan LCD sebagai media pembelajaran dengan
kurikulum KTSP.
Metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru mata pelajran geografi dalam proses
pembelajaran sudah berinivasi, seperti pada kelas X dan kelas XI IPS, yang
menggunakan kurikulum K13 dengai berbagai metode pembelajaran seperti ceramah,
talking stick, life skills, dan penugasan. Hanya saja pada kelas XII IPS guru
hanya monoton menggunakan metode tebak pembelajaran.
5.2 Saran
Guru
hendak meningkatkan motivasi belajar siswa, khusunya pada kelas XII IPS yang
mana di kelas ini UN menjadi momok bagi siswa yang menyebabkan berkurangnya
minat belajar siswa dalam mata pelajaran geografi.
Untuk
proses pembelajaran pada kelas XII IPS hendaknya guru berinovasi dengan metode
dan media pembelajran lainnya yang disesuaikan dengan karaktristik siswa agar
siswa tidak merasa bosan dan terciptanya proses pembelajaran yang PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah. 2006.Dasar-dasar Ilmu
Pendidikan Edisi Revisi 5. Jakarta: PT RajagrafindoPersada.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rifai. 2005.Media Pengajaran.Bandung: Sinar Baru.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2012.Kurikulumdan Pembelajaran.Bandung:PT. RajagrafindoPersada.